42. Pregnant

10.2K 1.2K 1K
                                    

Jangan lupa vote dan komennya 😙

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

Mendengar kabar bahwa kemungkinan Halley sedang mengandung, membuat Marlon ingin segera mendatangi Halley. Tapi semalam Halley melarang Marlon datang dan memintanya untuk datang keesokan harinya saja. Semalaman Marlon tak bisa tidur dengan nyenyak karena benaknya dipenuhi antisipasi seandainya Halley benar mengandung.

Lalu pada saat pagi menyambut, dan kebetulan Bill tidak ada acara setidaknya hingga siang hari nanti, Marlon lantas menuju ke apartemen Halley setelah mendapatkan izin dari Bill. Saat menuju apartemen Halley, Marlon singgah ke toko obat terlebih dulu untuk membeli pesanan Halley, yaitu test pack.

Begitu Marlon tiba di tempat Halley, perempuan itu membawanya masuk kamar dan sekarang Marlon menunggu Halley yang berada di dalam kamar mandi, Halley sedang menggunakan test pack untuk memastikan apakah benar dia sedang berbadan dua.

Karena Halley terlalu lama di kamar mandi, Marlon pun mengetuk pintu. "Halley, kenapa lama sekali?" tanyanya dengan gelisah.

"Sabar! Aku belum selesai," seru Halley dari dalam kamar mandi.

Lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan Halley meminta Marlon masuk ke dalam. Halley memperlihatkan sepuluh test pack yang berjajar di atas meja wastafel, karena Marlon tadi memang membeli sepuluh test pack dengan beragam merek atas permintaan dari Halley.

Marlon menatap sepuluh test pack dengan penuh pengamatan dan keseluruhannya menunjukkan garis dua. Lalu pada beberapa alat tes kehamilan itu terdapat keterangan di atasnya, bila garis dua menunjukkan bahwa positif hamil. Jika demikian maka.....

"Jadi kau hamil?" tanya Marlon dengan raut wajah skeptis.

"Bukankah sudah jelas? Semua test pack itu menunjukkan aku positif hamil." Di akhir kalimatnya Halley menghela napas panjang.

Keheningan tercipta antara mereka seiring dengan perkataan Halley barusan. Benak keduanya sama-sama dipenuhi pikiran rumit.

Beberapa detik kemudian, Marlon menatap Halley sepenuhnya dan ia menyadari jika Halley tidak terlalu antusias atas kehamilannya. "Jangan coba-coba menolak kehadiran janin itu, Halley," peringatnya.

"Aku....masih terkejut dan tidak percaya. Mungkin, aku juga belum siap menerima kenyataan ini. Tapi kau berpikir terlalu jauh, aku tidak mungkin sekeji itu untuk menggugurkan janin ini,"

"Belum siap karena memikirkan pekerjaanmu atau karena papamu yang tidak menyetujui hubungan kita?"

"Keduanya," jujur Halley menanggapi. "Kau sendiri bagaimana, kau senang dengan kehamilanku?" lanjutnya bertanya.

"Aku menghamili perempuan yang aku cintai dan kehamilanmu menjadi kebanggaan tersendiri untukku. Jadi, kenapa aku harus tidak senang?" Di akhir kalimatnya, Marlon menundukkan wajah dan mendaratkan bibirnya di atas bibir Halley, melumat bibir Halley dengan lembut.

Meski Marlon tidak menampilkan reaksi yang berlebihan, tapi Halley tahu jika lelaki itu sangat bahagia atas kehamilannya.

"Kita perlu menyiapkan diri untuk menyampaikan kehamilanku pada papa," ujar Halley begitu ciuman mesra mereka berakhir.

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang