23. Expression

6.9K 1.1K 434
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca
Dan jangan lupa penuhin paragraf dengan komen kalian 😙

Tolong tandai kalau ada salah dalam penulisan 🤗
────────────────────────────────────────────

Begitu membuka mata di pagi hari, Halley merasa tak enak badan dan kepalanya juga berdentum hebat. Padahal ia hanya meneguk lima gelas sloki saja, bukan satu botol alkohol. Tapi nyatanya, lima gelas sloki tetap menimbulkan efek negatif pada tubuhnya. Sial.

Setelah mengubah posisinya menjadi duduk, Halley mencari obat pengar dari laci nakas. Setelah menemukannya, Halley menelan obat itu dengan bantuan air putih untuk memperlancar obat masuk ke dalam tubuhnya.

Halley kemudian meregangkan leher dan tangannya yang terasa kaku. Saat itu benaknya tak sengaja terperangkap pada ingatannya semalam, tepatnya ingatan saat ia mencium Marlon. Meski mengalami hangover, kemampuan daya ingat Halley bekerja dengan baik pagi ini.

Teringat akan tindakan impulsifnya mencium Marlon, membuat Halley merasa....entahlah. Ia sedikit kesulitan menjabarkan perasaannya melalui kata-kata.  Tak ingin menampik, jantungnya berdebar saat mengingat ciumannya pada Marlon. Kemudian, ada rasa lega setelah berhasil meruntuhkan ego lelaki itu dengan menciumnya. Tapi juga tidak sepenuhnya melegakan lantaran ciumannya semalam tidak mendapat balasan. Sebenarnya itu cukup menjadi tanda tanya besar bagi Halley, mengapa Marlon tidak membalas ciumannya.

Sekarang reaksi seperti apa yang harus ia tunjukkan saat bertatap muka dengan Marlon? Apakah ia harus pura-pura tidak ingat atas apa yang ia perbuat semalam? Ah, entahlah. Pusing dengan pemikirannya sendiri, Halley memutuskan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

*****

Marlon baru saja menghabiskan sarapan yang dibuatkan Maria. Wanita paruh baya itu sudah kembali ke apartemen, sehingga Marlon tak perlu mencari sarapan di luar. Maria juga membuatkan secangkir kopi untuknya, dan belum sempat Marlon menghabiskan kopinya, Halley tiba di meja makan dan menempati salah satu tempat duduk.

"Habiskan dulu kopimu. Lagi pula aku tidak keberatan makan satu meja denganmu," sergah Halley saat Marlon akan beranjak dari meja makan.

Marlon mengurungkan niat untuk beranjak dari meja makan. Ia kembali menyesap kopi miliknya yang masih mengepul.

Halley meletakkan sepotong sandwich ke piringnya, sambil melirik Marlon ia berujar, "Apa yang kau pikirkan tentang kejadian semalam? Maksudku, saat aku menciummu," tanyanya gamblang.

Mulanya, Halley ingin pura-pura lupa dengan kejadian semalam. Tapi ia memutuskan untuk tidak melakukannya. Menjadi orang yang pengecut, munafik dan suka berdusta bukanlah sifatnya.

"Kau mabuk dan aku memakluminya," ucap Marlon dengan datar dan nyaris tanpa ekspresi.

Halley yang sudah membuka mulut dan siap melahap sandwich, kini terperangah dengan mulut yang masih terbuka. "Kau membiarkan aku menciummu, itukah caramu memaklumi orang yang sedang mabuk?"

"Aku terlalu terkejut hingga tidak sempat menghindar."

"Terkejut?" dengus Halley sebelum melanjutkan kalimatnya, "Bukankah dengan kau tidak menghindar atau mendorongku saat aku menciummu, kau justru terlihat seperti sedang menikmati ciumanku?"

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang