43. Not easy

5.8K 973 716
                                    

Hai....
Akhirnya bisa update lagi, huhuhu.
semoga gak pada karatan saking lamanya nungguin update.

Btw, sebelum baca sempetin buat vote dulu yuk....

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

Marlon langsung mendapatkan pukulan pada wajahnya setelah ia meminta maaf pada papa Halley lantaran telah menghamili putrinya. Marlon bisa saja menghalau pukulan itu, namun ia memilih tidak melakukannya dan membiarkan papa Halley melampiaskan kemarahannya.

"Papa!" seru Halley yang kini beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Marlon. Lalu diusap-usapnya sisi wajah Marlon yang barusan dipukul oleh papanya.

Tak hanya Halley yang terkejut atas tindakan David, Atala dan Elio yang juga berada dalam ruangan itupun tidak menyangka bahwa David akan memukul Marlon.

Sementara Elio sendiri, melihat Marlon dipukul oleh papanya, entah mengapa berhasil membuat Elio dilanda kegelisahan. Elio berpikir bahwa ia juga akan mengalami hal yang sama dengan yang dialami Marlon, seandainya benar perempuan yang malam itu menemaninya di atas ranjang, ternyata mengandung darah dagingnya.

"Kenapa papa memukul Marlon, seolah Marlon memaksakan kehendaknya padaku saja!" sungut Halley.

David meraih majalah yang tergeletak di meja lalu memukul kepala Halley dengan majalah tersebut. "Dan kau, kenapa kau membiarkan dia menghamilimu, hah!" bentaknya.

"Kalau papa mempermasalahkan kehamilanku, lebih baik aku gugurkan saja janin ini," tantang Halley sekaligus ingin melihat apakah papanya masih memiliki empati atau tidak.

Marlon menatap Halley penuh peringatan. Sementara Elio dan Atala juga terkejut mendengar perkataan Halley barusan.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Halley menatap bergantian satu persatu manusia yang ada di sana. "Papa belum menginginkan cucu dariku, jadi lebih baik aku gugurkan saja janin ini."

David menghela napas berkali-kali untuk sekadar menetralkan emosinya. "Bukannya papa menolak janin yang kau kandung, tapi...," Pandangan David tertuju ke arah Marlon saat menjeda kalimatnya.

"Tapi papa tidak terima kalau Marlon yang telah menghamiliku, begitu?" tukas Halley seolah mengerti apa yang ada di benak papanya. "Papa harus menerima kenyataan jika Marlon lah ayah dari janin yang aku kandung. Dan aku ingin segera menikah dengan Marlon sebelum perutku semakin membesar," lanjutnya.

Keheningan tercipta dalam ruangan tersebut seiring dengan kalimat terakhir yang Halley ucapkan. Kini Halley serta yang lain tampak menatap David, menunggu respon David selanjutnya.

Lama kemudian, David terdengar angkat bicara, "Tidak ada pernikahan."

"Apa maksud papa?" sahut Halley penuh antisipasi.

"Ya, aku tidak mengizinkan kalian berdua menikah. Perihal anak kalian, setelah lahir nanti, aku akan mengakuinya sebagai anakku."

Perkataan David barusan tentu saja membuat manusia lain di sana terkejut sekaligus tidak percaya.

"Papa tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak tanpa bertanya pendapatku terlebih dulu!" berang Halley dengan ekspresi wajah yang dipenuhi kemarahan.

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang