40. Aggressive

7.8K 1K 343
                                    

Malam....

Jangan lupa vote dan komennya yak 😉

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, chapter ini bakal tetap nyambung meski tidak membaca private chapter di KaryaKarsa. Tapi tentu saja, unsur dewasa secara eksplisit saya hilangkan.
────────────────────────────────────────────

Bill yang sejak tadi mengeluh sakit kepala, langsung masuk ke kamar setibanya di rumah. Sedangkan Marlon juga masuk ke kamarnya sendiri dan Halley tentu saja mengikutinya.

Halley yang saat ini berbaring di ranjang, tampak tidak berkedip saat menyaksikan Marlon melepas satu persatu pakaiannya. Mulai dari menanggalkan jas berikut kemejanya, lalu lanjut melepas celana panjangnya yang berwarna senada dengan jasnya, hingga tersisa boxer ketat yang melekat pada permukaan kulit pahanya yang keras. Otak Halley terkontaminasi oleh hal-hal kotor, karena sekarang ia ingin Marlon berbalik ke arahnya supaya ia bisa melihat tubuh bagian depan lelaki itu.

"Marlon, hadap sini," perintah Halley karena lelaki itu membelakanginya.

"Tidak," tolak Marlon yang tak ingin memperlihatkan tubuh bagian depannya pada Halley.

"Ish, dasar pelit."

Setelah berganti kaos dan celana panjang, Marlon menghampiri Halley dan membaringkan tubuhnya di dekat Halley. "Sebenarnya apa alasanmu meninggalkan acara?" Marlon baru sempat bertanya sekarang.

Halley sambil mengubah posisinya menjadi tengkurap dan menempatkan wajahnya di atas wajah Marlon. "Kau akan cemburu kalau aku mengatakan alasannya," balasnya menanggapi.

"Katakan, aku ingin mendengarnya," pintanya.

"Papa menempatkan Haris di dekatku dan aku terlalu malas mengobrol dengannya."

Tanpa permisi Halley mencium bibir Marlon dan Marlon pun membalasnya. Ciuman mereka berlangsung seperti selamanya sebelum Halley mengurai ciuman lantaran merasa ada yang salah dengan tubuhnya.

Halley merasa tubuhnya panas dan dingin secara bersamaan. Napasnya lebih berat karena detak jantungnya berdebar oleh suatu hal yang bahkan tidak Halley mengerti. Halley juga merasa gelisah karena tiba-tiba saja ia menjadi sangat bergairah hanya karena berciuman dengan Marlon. Padahal biasanya, respon tubuhnya tidak terlalu berlebihan seperti sekarang.

"Apa yang kau pikirkan?" Marlon menyentuh kening Halley yang tampak berkerut seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Tidak. Aku hanya ingin menciummu lagi." Halley mencium bibir Marlon lagi dan Marlon pun membalas ciumannya dengan senang hati.

Jantung Halley memukul rongganya lebih keras. Sementara itu, area intimnya terasa hangat dan geli, seolah aliran darah meningkat dan menyebar ke seluruh tubuhnya. Apa yang dirasakan Halley jelas respons tubuh saat sedang bergairah dan terangsang. Benar-benar ada yang salah dengan tubuhnya. Baru kali ini Halley merasakan keinginan yang menggebu dan semakin lama semakin mendesaknya. Halley sangat bergairah dan membutuhkan Marlon untuk menyalurkan gairahnya.

Halley bersikap lebih berani, bahkan ia meminta Marlon agar menyentuhnya lebih jauh lagi, sengaja menempatkan tangan lelaki itu untuk berada di atas dadanya. Tetapi rupanya, Marlon tidak peduli bahwa Halley sedang sangat berhasrat karena Marlon justru mengakhiri keintiman mereka.

"Ayo aku antar pulang." Bukan Maksud Marlon mengusir Halley, namun Marlon merasa bahwa keintiman mereka harus dihentikan dan mereka berdua harus keluar dari kamar ini, sebelum Marlon semakin kesulitan mengontrol dirinya sendiri untuk tidak bertindak semakin jauh.

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang