32. Separated

5.8K 1.3K 1K
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca
Dan jangan lupa ramein komen 😙

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

Marlon bergeming dalam posisi berdiri dengan tangan bersedekap dada, menatap Halley yang sedang berinteraksi dengan tiga staff toko salah satu brand ternama. Tiga staff tersebut datang kemari atas permintaan Halley, karena Halley ingin berbelanja namun enggan mendatangi toko. Dan tentunya mereka bertiga kemari dengan membawa beberapa barang yang mereka jual.

Beberapa lama menyaksikan interaksi Halley dengan ketiga staff toko tersebut, Marlon melihat Halley menjatuhkan pilihan pada tiga tas, dua coat, serta dua kemeja. Dan kini Halley sedang mencoba sepatu boots yang memiliki hak di bagian bawahnya.

Marlon tahu merek tersebut memiliki harga fantastis yang memang diperuntukkan bagi kalangan atas. Hal itu membuat Marlon merasakan perbedaan status sosial, serta ketimpangan finansial yang mencolok antara dirinya dengan Halley.

Benak Marlon kini melayang memikirkan percakapan antara Halley dan papanya. Sesungguhnya, Marlon tak sengaja mendengar percakapan keduanya. Marlon meletakkan penyadap suara sebelum Halley menghadap papanya hanya untuk menjalankan prosedur keamanan. Siapa sangka dari percakapan ayah dan anak tersebut, Marlon akan memperoleh fakta bahwa papa Halley tidak setuju jika Halley berhubungan dengan lelaki yang tidak memiliki status sosial tinggi.

Marlon bisa memahami pemikiran papa Halley. Semua orang tua tentu menginginkan anaknya mendapatkan pasangan yang terbaik. Tak hanya dilihat dari kepribadian dan nilai-nilai yang dimiliki, perihal finansial juga menjadi pertimbangan dalam memilih pasangan hidup. Dengan memiliki menantu yang mapan secara finansial maka kehidupan anaknya juga akan terjamin.

Dan Marlon pun cukup tahu diri untuk menyadari statusnya. Di tempat ini Marlon hanya rakyat jelata yang tidak mempunyai status sosial penting apa pun. Berbeda saat ia masih berada di zamannya. Selain keturunan bangsawan dengan harta melimpah dan properti di mana-mana, menjadikan keluarganya menjadi bangsawan terkaya, Marlon juga berstatus sebagai Jenderal tertinggi di Kekaisaran Siregal, membuat dirinya disegani dan begitu dihormati. Tapi di tempat ini berbeda. Seperti kalimat yang diucapkan Halley pada papanya, ia hanya orang biasa, bukan pebisnis dan tidak berasal dari keluarga terpandang. Ya, begitulah kenyataannya.

Untuk sekarang, Marlon belum bisa memutuskan apakah ia harus menjauhi Halley terlebih dulu atau menunggu keluarga Halley mengetahui hubungan mereka, lalu mendepaknya dari kehidupan Halley. Tapi melihat Halley bersikap biasa-biasa saja, seolah mengabaikan fakta bahwa papanya tidak merestui hubungan mereka, Marlon pun memutuskan untuk menikmati momen-momen kebersamaannya dengan Halley, serta memasrahkan diri dalam artian menerima keadaan dan bersiap untuk menghadapi apapun yang akan datang padanya.

Ketermenungan Marlon berakhir bertepatan dengan Halley yang mengajaknya bicara.

"Marlon, menurutmu lebih bagus warna abu-abu atau hitam?"

Marlon menatap dua model sepatu boots yang dikenakan Halley, yang kiri berwarna abu dan kanan berwarna hitam. Lalu ia memberikan pendapatnya, "Hitam," ujarnya.

"Aku juga lebih suka yang hitam." Halley lantas berbicara dengan staff di dekatnya dan mengatakan bahwa ia mengambil boots yang warna hitam.

Marlon menipiskan bibir. Terkadang ia tidak habis pikir dengan kebiasaan Halley yang sering kali meminta pendapat padanya tentang suatu hal, sementara perempuan itu sebenarnya sudah memiliki pilihannya sendiri.

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang