35. Coincidence

5.4K 1.1K 556
                                    

Malam....

Jangan lupa vote dan komennya yak 😉
────────────────────────────────────────────

Halley yang baru tiba di gedung apartemen dan masuk ke dalam lift bersama Tilda, dikejutkan oleh lelaki yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam lift. Tilda langsung maju di depan Halley untuk melindungi Halley dari lelaki itu yang mengenakan jaket dan menutup wajahnya dengan masker itu.

"Halley, ini aku." ujar lelaki itu dan ia yakin Halley akan langsung mengenalinya.

Halley memberi isyarat pada Tilda untuk menyingkir. Setelahnya, Halley menatap lelaki di hadapannya yang mengenakan jaket hitam serta menutup wajahnya dengan masker itu. Lelaki itu tidak lain adalah Arsen.

"Sebaiknya kau pergi, Ar. Keadaan akan kembali runyam seandainya media mengetahui keberadaanmu di sini," usir Halley.

Arsen tidak peduli. Ia justru menekan tombol pada lift agar lift segera naik ke atas menuju lantai di mana Halley tinggal.

"Kau tidak pernah menjawab teleponku, tidak pernah membalas pesanku, kau tidak membiarkan aku masuk saat aku datang berkunjung. Dan semalam kau juga tidak datang ke rumahku untuk merayakan kepulangan anakku dari rumah sakit. Apa kau sedang berusaha menjauhiku, Halley?" Arsen yang berdiri di hadapan Halley tidak mengalihkan pandangan sedikitpun saat berbicara pada perempuan itu.

"Isu perselingkuhan kita belum tenggelam sepenuhnya. Bahkan setelah berminggu-minggu isu tentang kita tersebar luas, hingga kini kita masih saja menjadi pemberitaan beberapa media. Dan kau masih bertanya apa aku sedang menjauhimu? Tentu saja aku akan menjauhimu hingga tidak ada lagi pemberitaan negatif tentang kita, Ar." Nada bicara Halley terdengar kesal, seolah-olah Arsen adalah makhluk paling bodoh di dunia karena masih menanyakan hal yang sudah jelas.

"Kau tau, hingga detik ini aku masih berharap bisa kembali lagi denganmu. Tapi kau sama sekali tidak memahami perasaanku. Tidak bisakah kau mengabaikan semua orang, termasuk merelakan karirmu seandainya kebersamaan kita akan membuat karirmu di dunia hiburan meredup?"

Halley menatap Arsen lama seolah kehilangan kata-kata untuk menanggapi perkataan Arsen. Bahkan saat denting lift berbunyi dan mereka tiba di lantai tempat di mana huniaan Halley berada, Halley masih saja terdiam.

"Jawab, Halley," tuntut Arsen karena ia ingin mendengar jawaban Halley.

Halley berhenti di depan lift hanya untuk menanggapi perkataan Arsen, "Aku bisa saja bersikap egois dengan merebutmu dari Valerie. Dan mungkin aku juga tidak keberatan seandainya karirku hancur setelah menjadi orang ketiga dalam rumah tanggamu. Tapi, aku tidak melakukannya karena aku tidak memiliki alasan yang kuat kenapa aku harus melakukannya."

Mata Arsen berubah memicing penuh antisipasi. "Kau ingin bilang kalau kau tidak mencintaiku lagi?"

"Bukankah sudah aku katakan berkali-kali kalau aku tidak mencintaimu lagi," sahut Halley.

Padahal dulu Halley merasa tidak yakin bahwa ia akan melupakan Arsen sepenuhnya. Bahkan Halley sempat berpikir bahwa ia tidak akan menemukan cinta selain dirinya. Ia juga beranggapan bahwa hidupnya tidak akan bahagia kalau ia tidak bersama Arsen. Tapi kenyataannya, pemikiran itu hanya terbesit saat ia masih berkubang dalam rasa sakit akibat patah hati. Setelah kehadiran Marlon, lambat laun Halley bisa terlepas dari kenangan masa lalunya bersama Arsen dan ia benar-benar melupakan cintanya pada Arsen setelah ia mengizinkan dirinya untuk jatuh cinta pada Marlon.

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang