29. Issue

6.6K 1.2K 1K
                                    

Terima kasih untuk 1k+ komen pada chapter sebelumnya.

Jangan lupa vomen 😙

Tolong tandai kalau ada salah dalam penulisan 🤗
────────────────────────────────────────────

Luas, mewah, megah. Tiga kata itu yang terlintas dalam benak Marlon saat menginjakkan kaki ke kediaman orang tua Halley. David Romarov merupakan salah satu konglomerat di negara ini, yang juga merupakan pemimpin RMV Corp, perusahaan induk yang menaungi berbagai macam jenis usaha mulai dari keuangan dan perbankan, perhotelan, serta properti, tak heran bila kediaman Romarov terlihat luas, mewah dan megah bak istana.

"Mau menunggu di dalam?" tanya Halley menawarkan.

"Aku menunggu di sini saja," tolak Marlon.

Tanpa disadari Halley, Marlon menempelkan benda persegi dengan ukuran sebesar ujung jari kelingking ke tas Halley. Benda itu adalah penyadap suara. Dengan penyadap suara itu, Marlon bisa mendengar suara apapun yang berada di dekat keberadaan alat itu. Tujuan Marlon menempatkan alat penyadap di tas Halley bukan karena ia ingin menguping pembicaraan pribadi antara Halley dan keluarganya, Marlon hanya menjalankan prosedur keamanan ketika kliennya tidak berada dalam jarak pandangnya.

"Aku tidak akan lama," ujar Halley sebelum masuk ke dalam.

Sepeninggal Halley, Marlon meraih remote kontrol alat penyadap suara yang ada di dalam saku. Lalu ia mengaktifkan alat penyadap itu agar terhubung dengan earpiece yang terpasang pada lubang telinganya. Begitu sudah terhubung, suara Halley yang sedang berbicara dengan seorang wanita memasuki indra pendengaran Marlon. Lawan bicara Halley adalah ibu tirinya karena Halley memanggil wanita itu dengan mom.

Marlon mengalihkan tatap saat pintu utama bangunan megah itu terbuka dan memperlihatkan sosok Elio. Marlon menundukkan kepala sekilas untuk menyapa lelaki yang lebih muda darinya satu tahun itu.

Elio mendudukkan diri di bangku yang ada di teras itu. "Duduklah, ada yang ingin aku tanyakan padamu," ujarnya.

"Apa kau melewatkan sesuatu tentang Arsen dan lupa untuk melaporkannya pada asistenku?" tanya Elio begitu Marlon menempati salah satu bangku di dekatnya.

"Saya tidak melapor karena Tuan Arsen dan Hall...," Marlon meralat ucapannya, "Karena Tuan Arsen dan Nona Halley tidak menjalin hubungan terlarang seperti yang Anda khawatirkan."

"Bagaimana dengan foto ciuman Arsen dan Halley yang sekarang menjadi trending topic?"

"Nona Halley mengatakan bahwa itu foto lama. Tepatnya saat keduanya masih menjalin hubungan."

Elio memang belum bertanya pada Halley tentang kebenaran foto itu. Tapi Elio sempat berpikir bahwa foto itu diambil belum lama ini. "Kau tidak menutupi apapun dariku, bukan, mengenai hubungan Arsen dan Halley?" tanyanya kemudian.

"Untuk menguatkan pernyataan saya, saya bisa menunjukkan video rekaman antara Tuan Arsen dan Nona Halley saat mereka berjumpa. Dari interaksi dan obrolan keduanya, Anda akan tahu bahwa mereka tidak menjalin hubungan spesial," balas Marlon seadanya.

"Aku ingin melihatnya, kirimkan pada Roy."

"Baik."

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang