"Ck! Ngapain sih lo tarik gue!" bentak Semesta marah kepada orang didepannya ini.
"Argh! Jadi gagal kan rencana mati gue!" kesal nya mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Orang gila." ucap pria itu memandang Semesta dingin.
"Iya gue udah gila!! Puas lo!" sungut nya ingin sekali mencakar wajah tampan pria itu dengan kuku-kuku panjangnya.
"Pulang." pinta nya menggenggam tangan Semesta paksa.
"Lepasin tangan gue!" sentak sang empu berhasil melepaskan genggaman pria menyebalkan itu.
"Lo siapa asal tarik-tarik gue!" ucap Semesta tak bersahabat.
"Apa kamu lupa dengan saya?" tanya pria itu sambil menaikkan alisnya satu.
"Lo pria tampan hidung belang itu ya!? Kenapa bisa di sini!? Jangan bilang lo ngikutin gue!!" tuduh nya mengacungkan jarinya kepada sang empu.
"Memang saya mengikuti mu sedari tadi." jawab nya santai tanpa dosa.
"Gila ya lo! Pergi sana!! Muak gue liat wajah sok tampan lo!!" sungut nya mendorong dada bidang pria itu namun sang empu tak bergerak sama sekali.
"Sok tampan ... Bukankah memang saya asli tampan?" sahut nya menanggapi.
"Tampan lo bilang!? Wah, wajah lo aja sebelas dua belas sama babi!" sarkas Semesta tak berfilter.
"Jika wajah saya seperti babi, bagaimana dengan wajah mu? Apa seperti anjing?" ucap nya membalas tak kalah pedas.
"Sakit hati gue ... " batin Semesta merasa orang yang paling tersakiti di dunia.
"Udah lah! Sana pergi!" usir nya tak mau berdebat lagi.
"Pulang dengan saya." ajak nya menawari.
"Emang lo tau rumah gue?!" sewot nya menatap sinis sang empu.
"Tidak perlu banyak tanya, ikut saya sekarang juga." ujar nya langsung menarik tangan Semesta lembut.
Sementara Semesta menatap nanar pria itu, tidak ada yang pernah memberikan sentuhan selembut ia saat ini, bahkan Alam saja tak pernah selembut ini sebelumnya.
Mereka masuk kedalam mobil yang tak jauh terparkir dari posisi mereka tadi. "Lo gabut ya sampe ngikutin gue kesini?" ucap nya memulai pembicaraan kembali.
"Saya hanya lewat, bukan mengikuti mu." elak nya tak ingin mengaku.
"Idih! Tadi bilangnya lo ngikutin gue kesini!" sungut nya memutar balikkan bola mata nya malas.
"Saya bilang seperti itu cuma sementara, yang saya katakan barusan tadi itu yang sebenarnya." sahut nya berucap sambil fokus menyetir.
"Bilang aja kalo nggak mau ngaku! Mana ada alasan kayak gitu!" cicit nya menatap sang empu sinis.
Semesta terdiam, ia mengamati jalanan dengan serius. "Eh, apaan nih! Ini bukan jalan ke rumah gue!" kaget nya panik setelah sadar.
"Diam lah! Kamu mengganggu kefokusan menyetir saya!" ucap pria itu menatap sekilas Semesta yang berada di sampingnya.
"Diam gimana! Ini lo mau bawa gue kemana woy!" cerocosnya tak bisa diam.
"Lo nggak bawa gue ke hotel kan!? Lo nggak ada niatan jahat sama gue kan! Iya kan?! Iya kan?!" ucap dengan mengguncang tubuh sang empu kencang sangking paniknya.
Pria itu langsung menginjak pedal rem mendadak. "Kamu ingin kita kecelakaan?" tanya pria itu setelah menghentikan laju mobilnya.
"Lo juga ditanya dari tadi minimal jawab kek! Gue kan panik!" sungut nya kesal, tangannya ia lipatkan didepan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Teen FictionJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...