38. Keberadaan Bunda Semesta

38 22 2
                                    

Mereka berdua sudah keluar dari rumah sakit, kini sampailah mereka di suatu tempat yang membuat Galang kebingungan.

"Mengapa kita kemari?" tanya nya melirik Semesta yang hanya diam tak bergeming.

Sang empu berjalan meninggalkannya memasuki bangunan yang Galang pikir sudah berdiri ber pulahan tahun lamanya.

"Semesta," panggil nya mengikuti langkah kecil istrinya.

Jantung Semesta kini dibuat berdegup kencang, perasaan nya campur aduk. Sudah lama ia tak mengunjungi tempat ini lagi.

Ia merasakan getaran didalam hatinya. Langkahnya mulai memasuki bangunan itu, sedangkan Galang hanya mengikutinya dari belakang.

Semesta memasuki salah satu ruangan, tempatnya yang paling pojok.

Deg!

Jantungnya seakan berhenti berdetak melihat siapa yang tengah ada didalam ruangan itu.

"B-bunda ... " lirihnya memanggil, kakinya seketika langsung lemas tak kuat lagi menopang tubuhnya sendiri. Untung ada suaminya yang memegangi nya agar tak terjatuh.

"Semesta, astaga ini kamu? Udah gede ya sekarang, dulu mah masih kecil!" ucap seorang wanita menghampirinya.

"Ini siapa?" tanya nya menatap Galang menyelidik.

"Suami Semesta, namanya Adiptama." cecarnya memberitahu membuat sang empu melotot kan matanya kaget.

"Kamu udah nikah?! Astaga," sungut nya menepuk keningnya pelan.

"Bunda?" ujar Semesta mendekati wanita yang kini berpenampilan acak-acakan.

"Jangan dekati aku!! Pergi! Kamu sudah jahat dengan ku!!" teriak nya histeris ketika Semesta mendekatinya.

"Mbak Lia?" ucap nya menatap sendu wanita itu yang sedari dulu merawat Bundanya hingga sekarang.

"Ada sedikit perkembangan, jika diajak bicara secara halus maka ia akan menjawab." geleng nya seakan tau arti tatapan Semesta.

"Terus gimana kalo kayak gini? Apa perlu kita bawa ke tempat lain? Sudah bertahun-tahun berada disini tapi hanya membuahkan sedikit perkembangan, itu sulit untuk diterima." ucap Semesta sambil menghembuskan nafasnya berat.

"Apa perlu kita bawa bunda ke tempat lain?" tanya nya ingin putus asa.

"Tidak bisa Semesta, itu hanya menambah kesulitan untuk proses penyembuhan dia, lihat saja ketika kamu mendekatinya, dia histeris, tak suka dengan orang baru." cecar nya mengelus punggung Semesta berulang kali.

Semesta sudah menganggap wanita yang tengah memeluknya sebagai Bunda kedua yang ia miliki.

Wanita ini selalu memperlakukannya dengan baik. "Kita tunggu saja kapan waktu itu aka datang. Semua proses sudah dijalani untuk penyembuhan Bunda kamu." cicit nya mendapatkan anggukkan kepala dari sang empu.

"Kamu coba sering main kesini, ajak ayah kamu juga biar Kanara bisa kenal kalian lebih dekat dan tak histeris lagi jika bertemu." usul nya dibenarkan Semesta dalam hati.

Tapi ia juga tak bisa menutup kemungkinan jika ayah nya pasti akan menolak untuk diajak kemari.

Entah ia sudah tak sayang lagi kepada istrinya atau apa ia juga tak tahu.

"Bang Alam sering ke sini nggak, Mbak?" tanya Semesta penasaran.

"Terakhir datang Minggu lalu, katanya dia bakalan jarang lagi buat main kesini karena kerja." ucap nya membuat Semesta mengangguk membenarkan.

"Mungkin Semesta mau bicara sama Bunda berdua?" tawar nya mendapatkan anggukkan kembali.

Wanita itu pun pergi keluar, Galang ikut pergi bersama agar memberikan ibu dan anak itu ruang untuk berkomunikasi bersama.

DUNIA SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang