67. Tak Seberuntung Adelina

28 23 1
                                    

Semesta turun dari dalam mobil, Galang ikut menyusul Semesta. "Lang, ini gimana? Gerbangnya udah ditutup tau, terus masuk nya lewat mana?!" ujar Semesta menatap pagar itu nanar.

Galang berdiri disamping sang empu. Ia berjongkok membuat Semesta mengernyitkan keningnya keheranan. "Lo ngapain malah jongkok?" tanya nya menunduk menatap Galang.

Sang empu mendongak. "Naik kepundak saya. Saya akan menyangga tubuh mu untuk naik keatas memanjat dinding pembatas ini." pinta Galang membuat Semesta terkekeh geli.

"Yang bener aja! Gue pake rok! Nanti kalo sobek gimana! Terus jatuh." sungutnya tak habis pikir.

"Tidak apa-apa, percaya kepada saya, kamu akan baik-baik saja." yakin nya membuat Semesta menatapnya sengit.

"Nggak mau! Nanti lo ngintip daleman gue lagi pas gue berdiri dipundak lo!!" tolaknya tak mau.

Meskipun mereka sudah pernah saling melihat saat mandi bersama, tetap saja Semesta malu. "Astaga, pikiran mu sangat kotor, Semesta." ucap Galang tak habis pikir.

"Janji dulu nggak bakalan ngintip!" Semesta memberikan jari kelingkingnya kepada Galang yang masih saja berjongkok.

Galang langsung menyambar jari itu dengan jari kelingkingnya. "Janji. Sekarang naiklah sebelum ada orang yang melihat." pintanya membuat Semesta menaikkan kakinya kepaha sang suami.

Ia langsung merambat naik kepundak, Galang mulai berdiri dari jongkoknya membuat kaki Semesta bergetar. "Weh Jangan goyang-goyang! Gue takut! Ini tuh tinggi!" kesalnya, Galang memegang kaki Semesta.

"Sekarang kamu naik, hati-hati." ujar Galang membuat Semesta perlahan berpegangan pada dinding pembatas itu.

Kaki Semesta mulai tak menginjak pundak Galang, ia sudah bergelantungan diatas. "Lang! Lang! Tangan gue sakit woy! Ini gimana?!" panik Semesta membuat Galang langsung mendorong keatas kaki Semesta kuat.

"Kaki gue! Nyangkut ini!" sungutnya merasakan tangannya panas karena berpegangan pada dinding pembatas.

"Cepat Semesta! Pegangan yang kuat, sedikit lagi kamu bisa." cecernya menyemangati sang empu.

Semesta mempererat pegangannya, kakinya sudah bisa naik keatas dinding. "Uh, akhirnya ... " lega nya mengusap peluh yang membasahi pelipisnya.

"Sekarang loncat!" ucap Galang membuat Semesta menatapnya nanar. "Kenapa malah menatap saya seperti itu! Cepat Semesta, nanti ada yang melihat mu jika kamu sangat lama!" geram Galang mendongak menatap istrinya yang kini malah santai-santai.

"Enak banget diatas! Angin sepoi-sepoi!" teriaknya sambil merentangkan kedua tangannya menikmati semilir angin.

"Astaga gadis itu ... " gumam Galang memijit pangkal hidungnya.

Semesta yang tak mau berlama-lama pun langsung turun masuk kedalam area sekolah.

Bruk!

"Kamu baik-baik saja?!" teriak Galang setelah Semesta turun.

Semesta sendiri tengah menahan rasa sakit di pantat nya. "Nyeri otot pantat, mas. Minum susu kudanil!" celetuknya seraya mengusap-usap pantatnya yang sakit.

"Sedang apa kamu!"

"Adyuh, mampyus guys, gue kehutanan! Eh maksudnya ketahuan!" cicit Semesta lirih.

"Eghem! Mau bolos ya kamu!" suara pria itu kembali terdengar.

Semesta membalikkan badannya menghadap ke sumber suara. "Eh bapak hehe, iya pak mau bolos." alibinya tersenyum polos.

"Kamu ini cewek! Mau manjat-manjat kayak monyet hah?! Masuk kedalam kelas kembali!" bentak pak Anhar membuat Semesta tersenyum kemenangan.

DUNIA SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang