Saat ini mereka berdua ada dirumah sakit, pria itu tengah dirawat didalam salah satu ruangan. Sementara Adelina dan Semesta tengah duduk di ruang tunggu dengan sabarnya.
Sudah sekitar 30 menit mereka di sana. Adelina beberapa kali menguap karena bosan menunggu. "Ta, gue nggak jadi sekolah. Tugas fisika gue sia-sia dong." sedihnya berucap lesu.
Semesta menegakkan kepala Adel yang tadinya bertengger di pundaknya. "Malah mentingin tugas fisika! Nggak apa-apa kali nilai kosong." sungut nya menatap nyalang sahabat nya itu.
"Lama banget sumpah, perkara pingsan doang nggak bangun-bangun sampe berabad-abad!" kesal Adel sambil menghentakkan kakinya kelantai.
"Gue berharapnya orang itu jangan sampe amnesia deh! Nanti malah kita yang ribet lagi!" sungut Semesta mendapatkan anggukan setuju Adel.
Pintu ruangan terbuka membuat antensitas mereka teralihkan, dengan segera mereka bngkit dari duduknya lalu mengehmpuri dokter yang keluar itu.
"Eum, gimana dokter? Baik-baik aja kan?" tanya Semesta mewakili rasa penasaran Adelina.
Dokter itu tersenyum, ia mempersilahkan mereka masuk kedalam ruangan membuat Semesta dan Adel saling bersitatap keheranan. "Bapak itu baik-baik aja kok, kalian jangan risau. Cuma ada benturan kecil di kepalanya, jadi harus diperban dulu." cecar dokter menjelaskan membuat mereka paham.
"Bapak itu tadi nyuruh saya buat panggil kalian, katanya mau ngomong sesuatu." sambung nya memberitahu.
Dokter itu tak menghantarkan kedua gadis itu sampai ketemu pria dewasa itu, ia ada urusan lain yang perlu dikerjakan
Semesta dan Adel melihat seseorang yang terduduk diatas brankar. "Bapak baik-baik aja?" basa-basi Adel bertanya.
Semesta menyenggol lengan Adel pelan. "Lo gimana sih Del, kan udah dibilang sama dokter kalo dia itu nggak kenapa-kenapa!" tekan nya seraya berbisik.
Adel pun melihat Semesta dengan tatapan mengkode, kakinya menginjak pelan kaki sahabatnya itu. "Ngapain sih lo?!" geram Semesta langsung menginjak kaki Adel kuat membuat sang empu menahan sakit.
"Lemot banget otak Semesta! Dikasih kode nggak ada ngertinya sama sekali! Sumpah ngeselin banget anak ini!" kesal Adel hanya bisa berucap didalam hati.
Sedangkan pria dewasa itu menatap mereka aneh. "Kalian kenapa saling senggol gitu?" tanya nya keheranan.
Mereka berdua yang mendengar penuturan sang empu pun langsung terdiam tak bergerak. "Saya tanya kalian loh, malah diam kayak patung." gelang nya tak habis pikir.
"E-eh anu, kita nggak ada apa-apa kok pak." cecar Adel menjawab dengan ragu.
Deg!
"Hah?! Kok gue baru sadar kalo dia ... " batin Semesta menggantung
"Saya mau ucapin makasih sama kalian, berkat kalian nyawa saya bisa terselamatkan. Terimakasih banyak ya," ucap nya seraya menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
"Loh! Kamu Semesta istri nya Dipta kan?!" kaget pria itu baru menyadari gadis yang tengah menatapnya nanar.
Semesta menggaruk pipinya tak gatal, kepalanya mengangguk merespons. "Eh iya om." ucap nya tersenyum simpul.
"Kamu udah tau nama om siapa kan, sayang?" tanya nya mendapatkan anggukan ragu Semesta.
"Aku belum kenal om, emang siapa namanya?!" sambar Adel antusias.
Semesta langsung saja memberikan tatapan tajam kepada sahabatnya itu. Kakinya ia angkat lalu ia menginjak kaki Adel dengan kuat.
Adelina meringis, matanya menatap tanya Semesta yang sepertinya berbicara lewat kedipan mata nya. "Apa sih?!" heran Adel tak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
أدب المراهقينJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...