Semesta mengerjapkan matanya berulangkali guna menyusuaikan pencahayaan yang masuk kedalam indra pengelihatan nya. Tangannya mengucek matanya yang terasa berat untuk dibuka.
Ia bangkit dari tidurnya, Semesta duduk termenung beberapa saat. Kepalanya menoleh menatap kesamping dimana jendela kamar yang tak tertutup tirai.
Cahaya matahari masuk kedalam kamar Adel dengan begitu terangnya. Semesta kemudian menghembuskan nafasnya kasar. Pandangannya beralih menatap jam yang ada dinding kamar.
Matanya membulat ketika melihat jarum jam menunjukkan pukul tujuh lebih beberapa menit. Badannya ia balikkan kesampaing menatap gadis yang masih saja terlelap tak terganggu.
"Adel!!! Lo nggak sekolah?!" teriak nya mengguncang kencang tubuh sang empu membuatnya mulai terusik dengan suara bising yang nyaring masuk kedalam indra pendengaran nya.
"Woy bangun!! Lo telat!!" bentak Semesta seraya mengambil bantal guling.
Bugh!
Dengan keras ia memukulkan bantal empuk itu ketubuh Adel yang masih saja tak beranjak dari tidurnya. "Oh yaudah kalo lo nggak mau masuk sekolah! Katanya tadi malam mau liat Lucas Aditya," ucap Semesta mulai turun dari atas ranjang.
Mata Adel seketika terbuka lebar-lebar, rasa kantuknya langsung hilang setelah mendengar nama seorang pria yang ia idam-idamkan. "Oke! Gue berangkat sekarang!!" serunya menegakkan tubuhnya berdiri diatas ranjang dengan satu tangan terangkat keatas layaknya Super Hero.
"Yaudah cepet siap-siap! Malah berdiri kayak patung manekin!" sungut Semesta teramat kesal dengan tingkah sahabatnya itu.
Mereka semalam begadang untuk menyelesaikan drama Cina yang tengah asyik-asyiknya itu. Sampai jam setelah tiga dini hari saja mereka masih belum tertidur demi sebuah drama luar negeri itu.
Maka dari itu mereka sekarang bangun kesiangan, Semesta semalam sudah mengingatkan Adel untuk memasang alarm tapi entah kenapa alarm itu tidak berbunyi.
Semesta memanganti pergerakan Adel yang sedari tadi kesana kemari dengan tergesa-gesa, tak lupa wajah panik sang empu yang sangat kentara terlihat.
"Lo cari apa sih!?" sentak Semesta memberikan tatapan tajam menghunus kepadanya.
Adel langsung memegang kedua tangan sang empu, wajah melas ia tunjukkan kepada nya. "Gue lupa hari ini ada pelajaran fisika! Dan ada tugas yang belum gue kerjain, Ta!! Gimana ini? Nanti gue dihukum dong kalo nggak ngumpulin tugasnya!" ujar Adel memberitahu.
"Udah gitu doang?" tanya Semesta menatap remeh sahabatnya.
"Gitu doang otak lo pinter! Gurunya bu Miska! Killer parah dia!" kesal nya melepaskan genggamannya kepada Semesta.
Semesta memutar balikkan matanya malas, tangannya ia lipatkan didepan dada. "Udah sana ah mandi! Biar gue yang ngerjain tugas lo. Fokus aja siap-siap berangkat sekolah, tugas lo aman sama gue." cecar Semesta menuntun Adel masuk kedalam kamar mandi kemudian menutup pintunya.
Dengan segera Semesta mencari mapel pelajaran fisika, setelah menemukannya ia langsung mengerjakan semua soal-soal yang sudah tertulis di sana. Semesta tinggal menulis jawabannya saja.
Tak butuh waktu lama Semesta telah selesai mengerjakan tugas itu, hanya 30 soal saja. Menurutnya itu hal yang mudah untuk ia kerjakan.
Adel keluar dari dalam kamar mandi tak lama setelah itu, Semesta menatap penampilan sahabatnya dari atas sampai bawah dan ternyata sudah lengkap. "Nih, gue juga udah masukin mata pelajaran hari ini kedalam tas." cicit nya memberikan tas yang ada ditangannya kepada Adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
أدب المراهقينJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...