Sampai dirumah Adelina, mereka berdua langsung saja masuk kedalam rumah. Kini Semesta sedang berada didalam kamar Adel menunggu sang empu berganti baju.
Adel keluar dari dalam kamar mandi, ia menghampiri Semesta yang tengah rebahan diatas ranjang. "Kenapa sih lo? Kayak punya beban hidup berat aja." heran nya melihat wajah lesu sahabatnya.
"Lo udah tau belum kalo Arga udah nggak ada?" tanya Semesta mendudukkan tubuhnya.
Dahi Adel berkerut. "Hah? Maksud nya nggak ada gimana? Dia udah nggak ada di Indonesia lagi?" heran nya tak paham.
"Meninggal."
"APA!!" teriak nya sangat terkejut mendengar penuturan sang empu. "Kok bisa? Kapan dia meninggal?! Kemaren baru aja tuh kita ketemu dijalan!!"
Semesta menatap Adelina dalam. "Baru kemarin, gue ajak Arga pergi ke bukit. Terus dia jatuh kejurang." jelas Semesta singkat.
Mulut Adel terbuka lebar. "Kok bisa sih dia jatuh?!" tanya Adel penasaran.
Semesta mengedikkan bahunya keatas. "Nggak bisa jaga keseimbangan sih kayaknya, soalnya permukaan tanah yang Arga injak nggak rata." cecar Semesta menjawab apa adanya.
Adelina naik keatas ranjang, ia duduk didepan sahabatnya. "Semesta ... Arga udah nggak ada. Terus tentang fakta yang kita sembunyiin dari keluarga Adiptama gimana?" takut Adel berucap pelan.
Semesta menggeleng merespons nya. "Gue juga nggak tau, Del. Arga yang nyuruh kita tutup mulut, jadi nggak boleh dong kalo kita kasih tau ke mereka." tuturnya dengan alis terangkat satu.
Adel berpikir sejenak. "Mending kita kasih tau aja ke mereka. Lagian Arga kan udah nggak ada." cecar Adel menyarankan.
Semesta menggeleng. "Gue rasa jangan sekarang deh, waktunya nggak tepat. Arga kan baru beberapa hari meninggal, masa kita langsung kasih tau fakta kalo Arga itu bagian dari keluarga Adiptama! Pasti mereka malah ngerasa kehilangan banget, sedih dan nggak terima sama takdir." sahut Semesta menanggapi.
Adel mengangguk membenarkan. "Lo pinter ya aslinya." kelakar Adel dengan cengiran tanpa dosa.
"Yaudah, kita sepakat ya buat nggak kasih tau tentang Arga ke mereka!" seru Adel mendapatkan anggukan setuju dari Semesta.
Semesta terdiam membuat Adelina bertanya-tanya. "Kenapa diem? Horor nanti kamar gue jadinya!" sungutnya bersungguh-sungguh.
"Gue lagi mikir, kalo lulus sekolah nanti, ayah gue bakalan dateng nggak ya buat gue?" ucap Semesta menunjukkan ekspresi sedih.
"Alah! Ayah lo pasti dateng! Kan ada abang lo si Alam!" sambar Adel dengan yakin.
Semesta menghembuskan nafasnya berat. "Ayah dateng bukan buat gue, tapi cuma buat bang Alam ... Selalu aja gue cuma jadi figuran didalam keluarga, gue kan juga anak ayah, tapi ayah seakan nggak pernah anggap gue ada di dunia ini." sedih Semesta berucap parau.
Adelina terdiam, ia tak tau lagi harus berbuat apa supaya sahabatnya bisa tak sedih seperti saat ini. Adel kasihan kepada Semesta, punya keluarga yang lengkap tapi tak bisa melengkapi kehidupan Semesta sendiri. Sungguh malang nasibnya.
"Eh udah lah nggak usah dipikir! Kan lo ada Dipta! Dia pasti dateng buat istri tercintanya dong ... " ujar Adel mendapatkan anggukan pelan Semesta.
"Gue pengen pulang, tapi Galang jemput gue katanya pas sore nanti." cicitya masih dengan ekspresi sedihnya.
Adel tersenyum tipis. "Kan ada gue! Adelina yang baik hati ini siap mengantarkan princess Semesta untuk pulang kerumahnya." tanggap Adel seraya menundukkan kepalanya dengan kedua tangan ia taruh dibelakang tak lupa seraya membungkukkan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Roman pour AdolescentsJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...