Suasana tegang, mencekam dan menyeramkan. Tubuh Semesta membeku, nafasnya terhenti ketika melihat Galang berada disini. Tangan nya reflek memegang area leher nya. "Damn!" batin Semesta mengumpat karena kecerobohan nya sendiri.
"G-gue bisa j-jelasin." ucapnya seraya hendak langkahkan kakinya mendekati Galang.
"Tetap disana! Saya tak mau kamu mendekatiku!" tegas memberikan tatapan tajam menghunus kepada sang empu.
Kaki Semesta tak jadi ia langkahkan. "Lang, ini nggak seburuk yang lo kir-"
"Diam Semesta!" tekan nya memotong ucapan istrinya itu.
Semesta terdiam, tubuhnya bergetar hebat karena Galang menatapnya benci. "Tuhan, jangan biarkan Galang pergi dari hidupku, aku mohon kepadamu." batinnya tak bisa berbuat apa-apa selain berharap kepada Tuhan semata.
Galang berlari mendekatinya, Semesta mengembangkan senyumnya lebar, ia merentangkan tangannya bersiap menerima pelukan yang Galang berikan untuknya.
Namun sayang, ia salah. Galang melewatinya begitu saja, pria itu tak masuk kedalam bekapannya, melainkan ia malah mendekati Nando yang sudah pasti tak bernyawa.
"Semesta," panggilnya.
"Iya? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Semesta mengembangkan senyumnya manis ketika Galang memanggil namanya.
"Kamu pembunuh!"
Deg!
"A-apa? A-aku nggak salah d-dengar kan?" kaget nya mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia hanya salah dengar, tidak mungkin sang suami berucap seperti itu padanya.
"Kamu pembunuh, Semesta! Kamu membunuh om saya!!" bentak nya membuat Semesta tergejolak kaget mendengar bentakan itu.
Nafas Semesta tak teratur, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan yang sangat membuat hatinya terluka. "L-lang, dengerin penjelasan gue dulu. Ini semua ada alasannya ... Please," ucapnya memohon.
"Penjelasan apa lagi Semesta! Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri kamu menembak om Nando dengan sengaja!! Kenapa kamu melakukan ini semua hah?!!" sentak nya berdiri, ia berucap seraya mendekati Semesta yang masih berada di posisi nya tak berpindah.
"A-aku bunuh om Nando karena aku punya masalah sama dia. A-aku tau ini salah, tapi-"
"Tapi apa! Semuanya sudah jelas!!" teriak Galang didepan Semesta membuat sang empu menunduk takut.
Hati Semesta sakit, sangat sakit karena Galang tak mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Air mata nya luluh kembali, ia tak bisa menjabarkan bagaimana sakit yang ia rasakan.
"Kamu jangan potong ucapan aku dulu. Aku, aku cuma pengen om Nando ngerasain posisi aku."
"Posisi apa Semesta?! Semesta ... Dia om saya! Kenapa kamu tega membunuhnya, hah! Apa salah dia!?"
"Galang! Lo bisa nggak usah nyela dulu! Iya dari tadi lo tanya apa salah dia! Kenapa gue lakuin ini, tapi sama sekali lo nggak mau denger penjelasan gue! Terus gue harus gimana jelasinnya!!!" marah Semesta dengan air mata mengalir deras.
"Lo bisa nggak sih, ngertiin gue dulu! Biarin gue ambil nafas! Jangan tekan gue! Jangan bentak gue kayak tadi! Gue takut!! Gue nggak bisa diperlakukan gitu, Lang ... " sambungnya dengan suara parau, kaki Semesta terasa sangat lemas saat ini.
Ia menangis tanpa mengeluarkan suara, nafas nya putus-putus karena harus menahan sesak didadanya. Jujur saja Semesta sangat takut sekarang, takut jika Galang pergi dari nya, takut hidupnya akan berantakan dan takut Galang tak bisa mempercayai nya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Novela JuvenilJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...