"Ngapain kita ke rumah sakit?" tanya Adel kebingungan.
"Pipi lo berdarah! Lo gimana sih!" sahut Semesta geram.
"Lah iya ya." ujar Adel menggaruk pipinya
"Akkhh!" ucap nya kesakitan.
"Lo kenapa?!" tanya Semesta panik.
"Ini pipi gue sakit pas gue garuk tadi." jawab nya tanpa dosa.
"Ya lo bloon banget jadi orang! Udah tau pipi lo luka!! Malah digaruk!!" sungut nya merasa gemas dengan sang empu.
"Ya maaf, kan gue lupa!" cecar Adel tak ingin disalahkan.
"Udah lah! Istirahat lo bentar! Perjalananya masih jauh!" pinta nya membuat Adel menutupkan matanya terpejam.
"Nanti kalo udah sampe bilang ya Ta." cicit Adelina dengan mata tertutup.
"Iya-iya, astaga!" sahut nya sangat ingin melempar sang empu keluar mobil.
Sampai di rumah sakit ia membawa Adelina kepada Luna. "Gimana? Nggak parah kan?" tanya sang empu kepada wanita cantik yang tengah memeriksanya itu.
"Cukup parah, ini lukanya dalam." cecar Luna memberitahu.
"Gara-gara adik lo tuh!" sungut Semesta menatap Luna malas.
"Kenapa dengan adik saya? Mengapa kamu menyangkut pautkan dia?" heran nya bertanya.
"Ya iya gue sangkut pautin! Dia bisa kayak gini itu gara-gara si Asya!" kesal Semesta bersungguh-sungguh.
"Apa yang di katakan Semesta itu benar?" tanya Luna memastikan kepada gadis itu sendiri.
Adel yang ditanya pun hanya mengangguk mengiyakan, ia tak menyangka bahwa dokter didepannya ini adalah kakak nya Asyara.
"Mengapa bisa adik saya melakukan hal ini kepada mu?" heran nya kebingungan.
"Ya bisa lah, Asya kan emang suka bully orang!" sahut Semesta menjawab, ia jengkel dengan kakak beradik itu.
"Astaga, kenapa kamu tak mau diam Semesta, saya tidak bertanya dengan mu!" ucap Luna menatap sang empu tajam.
"Dih!" sahut Semesta memutar balikkan matanya malas.
"Saya tak bisa menceritakan nya kepada mu." ucap Adel menjawab.
"Baiklah, saya meminta maaf atas nama Asraya. Jika dia berbuat salah kepada mu maka maafkan lah dia." ujar Luna menatap sendu Adelina.
"Nggak usah dimaafin Del, orang dia udah membahayakan nyawa lo sendiri!" cecar Semesta melirik sahabat nya sekilas.
"Nggak apa-apa, sudah saya maafkan." alibi Adelina menjawab.
Luna mengembuskan nafasnya lega. "Ini salep untuk mempercepat penyembuhan luka kamu, pakai sehari satu kali saja sudah cukup." ujar Luna memberikan benda itu kepada Adelina.
"Sebagai permintaan maaf, kamu tak perlu membayar ini semua." cicit nya mendapatkan anggukan patuh Adelina sendiri.
"Ayo Del!" ajak Semesta mengandeng sang empu keluar ruangan.
Luna menatap kepergian Semesta tajam, ia ingin sekali membunuh gadis yang menyebalkan itu.
Hingga sore tiba mereka sampai di rumah Adelina. Semesta ikut masuk kedalam rumah sang empu.
Semesta menatap sekeliling ruangan, ternyata sahabatnya sudah tak tinggal lagi di rumah yang dulu.
Ia baru tahu kenyataan ini, Semesta kita Adel masih tinggal disana meskipun keluarganya sudah bangkrut dan masih memiliki banyak hutang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Roman pour AdolescentsJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...