52. Merasa Ada Kejanggalan

37 23 1
                                    

Galang turun dengan jas yang ada di pundaknya. Semesta yang baru saja menyelesaikan makannya pun langsung menghampiri sang empu.

"Jas nya kenapa nggak kamu pake?" tanya nya dengan kening berkerut.

"Pakaikan aku terlebih dahulu dasinya." pinta Galang membuat Semesta menggeleng pelan.

"Manja banget sih kamu." ucap nya tak ayal langsung memasang kan dasi kepadanya.

Setelah itu Semesta kembali memasangkan jas untuk suaminya yang hanya melihatnya dengan tatapan cinta. "Udah rapi, sekarang kamu berangkat gih." cecar nya tersenyum manis kepada Galang.

Galang sendiri terus menatap Semesta tampan mengalihkannya sedari tadi. Semesta pun mengededikkan kepalanya miring. "Kenapa natap aku terus? Udah sana berangkat, Galang." ucap nya sambil menutupi wajahnya malu.

"Kamu tidak mau mencium saya terlebih dahulu?" tanya nya langsung membuat Semesta menggeleng cepat.

Semesta membuka wajahnya kembali yang ia tutupi dengan kedua tangannya. "Jangan berharap lebih sama aku." sambungnya berucap sinis.

"Kamu istri ku, maka dari aku berharap lebih." cicit Galang menyahuti dengan senyuman tipis dibibir nya.

"Cium tangan saya jika tak mau mencium bibir saya." jelas nya menatap mata dalam Semesta.

"Bisa jangan diperjelas nggak? Aku juga paham apa yang kamu minta." malas Semesta langsung mengambil tangan sang empu dan menciumnya dengan cepat.

"Lakukan sekali lagi tapi dengan tulus dan rasa yang ikhlas." pinta Galang membuat Semesta yang masih memegang tangan Galang pun memberikan tatapan tajam kepadanya.

Ia menghembuskan nafasnya panjang, Semesta kembali mencium punggung tangan Galang dengan durasi yang lebih lama.

Setelah itu pun Semesta menyentak tangan Galang pelan. "Dah, sekarang sana pergi." usirnya dengan suara lembut.

Galang mulai mendekatkan tubuhnya kepada sang istri. Ia mengambil kepala Semesta untuk lebih dekat dengannya.

Cup

Galang mencium bibir sang empu sekilas hingga membuat Semesta mematung ditempat. "Buset, main nyosor aja kayak bebek!" sungut nya berusaha tak meluapkan kekesalannya karena ia telah berjanji kepada sang suami.

"Apa kamu tidak mau saya antarkan?" tawar Galang bertanya karena tadi tak mendapatkan jawaban dari Semesta.

"Nggak usah, aku diantar pak Fahri aja ya." jawab nya mendapatkan anggukan kepala dari Galang.

"Kamu jika keluar rumah nanti hati-hati, terus waspada. Orang misterius itu masih belum diketahui." pesan Galang membuat Semesta mengangguk yakin.

Galang akhirnya melangkahkan kakinya pergi keluar rumah. Semesta mengantar sang empu hingga didepan rumahnya.

"Bye Galang!!!" teriaknya melambaikan tangannya keatas.

"Gw mandi sama siap-siap dulu deh, gw nggak mau bilang sama Adel kalo gw mau kerumahnya, biar diam-diam aja." cecar nya masuk kembali kedalam rumah.

30 menit berlalu.

Semesta tengah menunggu pak Fahri untuk sampai dirumahnya. "Lama banget tumben?!" heran nya berdiri didepan rumah.

Tin! Tin!!

Klakson mobil yang baru saja sampai. Semesta langsung masuk kedalam mobil itu. Tak lama mobil itu pun melaju untuk pergi ke tujuannya sekarang.

30 menit lebih kembali berlalu.

Butuh banyak waktu untuk menuju rumah Adelina yang jauh. Semesta turun dari dalam mobil setelah sampai.

"Pak Fahri pulang aja ke rumah Galang sendiri. Nanti kalo saya bilang jemput langsung jalan kesini aja. Atau enggak nanti saya naik taxi nggak apa-apa, biar pak Fahri ada waktu buat pindahin barang-barang kerumah." cecar nya membuat pria dewasa itu mengangguk mengerti.

Mobil itu kemudian pergi, Semesta mulai mendekati rumah sahabatnya itu. Ia langsung memencet bel agar Adel membukakan pintu untuknya.

Ting tung!!! Ting tung!!!

"Adel!!" teriak Semesta memanggil.

Ceklek!

"Semesta lo ngapai kesini?! Mana nggak bilang-bilang lagi ke gue!" sungut nya menarik sang empu masuk kedalam rumahnya.

"Ya kan biar lo kaget." cicit Semesta menjawab tanpa rasa bersalah.

"Udah lo duduk aja dulu. Masih pagi udah bertamu aja lo kerumah orang!" gelang nyantak habis pikir.

Semesta duduk ditemani Adel disamping nya. "Ya kan Galang pergi ke kantor, gue sendirian dirumah." cecar nya membuat sang emoh mengernyit kan keningnya keheranan.

"Galang siapa sih!?" tanya nya tak paham apa yang dibahas sabahatnya itu.

"Galang itu suami gue. Nama lengkapnya kan Galang Rajendra Adiptama." jawab Semesta membuat Adel mengangguk mengerti.

"Lah emang nya mertua lo nggak dirumah?" tanya Adel mendapatkan gelengan kepala dari Semesta. "Mereka ada diluar negeri. Urusan pekerjaan katanya."

"Gue udah nggak tinggal bareng lagi sama mereka. Kemarin gue minta buat punya rumah sendiri sama Galang, terus dia ngajak gue kerumahnya sendiri." jelasnya membuat Adel membelalakkan matanya kaget.

"Eh beneran?! Buset langsung dikasih dong!" sungut nya tak menyangka.

"Ya makanya itu gue kesini buat kasih tau lo." sahut nya menunjukkan wajah sombong.

"Eh, by the way lo udah deket aja sama Arga. Mana punya nomornya lagi. Sekarang sering chatting terus ya." goda Semesta memberikan tatapan jahil nya.

"Hah apaan sih? Nggak paham gue?!" heran Adel tak mengerti.

"Nggak usah pura-pura deh, gue tau lo udah deket sama si Arga." sambung Semesta sambil menyenggol-nyenggol lengan sang empu.

Adel pun mendorong tubuh Semesta menjauh darinya. "Maksud lo apaan sih?! Lo bahas apa sekarang? Gue nggak ngerti apa yang lo omongin sumpah!" sungut nya kesal.

"Lo udah punya nomor Arga kan?" tanya Semesta dengan kening berkerut.

"Iya udah, waktu itu sebelum dia pergi setelah nganterin gue kerumah, sempet minta nomor gue dianya." cecar nya menggaruk membenarkan.

"Nah, terus lo waktu itu chat Arga nggak?" tanya Semesta semakin dibuat penasaran.

"Nggak ada sama sekali tuh, dia cuma minta nomor gue, yaudah gue kasih. Tapi gue nggak ada chat dia. Arga juga nggak chat gue, jadi ya gue belum ada nomor dia." jelas Adel membuat Semesta mengangguk leher nya tak gatal.

"Tapi kemarin dia ada kerumah Galang sendiri, terus ada notif tuh bunyi di ponselnya. Gue kan penasaran siapa yang hubungin dia, terus gue tanya dong. Katanya chat dari lo." terang Semesta memberitahu.

"Sumpah gue beneran nggak ada chat dia. Lo bisa cek nih handphone gue kalo nggak percaya." sahut Adel memberikan ponselnya kepada Semesta.

Semesta pun dengan segera mengecek untuk membuktikan kebenaran yang asli. Dan ternyata memang benar bahwa tak ada nomor Arga yang tercantum di handphone Adel sendiri.

"O-oh yaudah deh lupain, mungkin karena dia nggak mau gue tau siapa yang hubungin dia, makanya Arga jawab nya ke gue dari lo." ucap Semesta mengembalikkan benda pipih itu kepada pemiliknya.

Semesta terdiam sejenak, ia kemudian mulai berpikir. Adel yang melihat sahabatnya melamun pun menepuk pundaknya pelan. "Kenapa malah ngelamun, udah mending kita keluar aja yuk jalan-jalan." ajak nya membuat Semesta hanya mengangguk pelan.

"Ah mungkin cuma kebetulan doang, nggak mungkin juga kalo dia. Arga nggak punya urusan sama gue. Lagian kita kenal juga baru-baru ini setelah nikah sama Galang." batin Semesta menepis pikiran negatifnya.

DUNIA SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang