"Hutang apa?" bingung Galang tak paham.
"Bayarin utang gue ya Lang hehe," cicit nya malu-malu.
"Begini mas, selama neng Semesta makan di kantin, dia nggak pernah bayar sampe utang nya numpuk!" jelas ibu kantin antusias.
"Berapa?" tanya Galang mengeluarkan dompetnya dari dalam saku.
"878 ribu mas, katanya neng Semesta nanti dikasih lebih," ucap nya bersemangat.
"Ini ada uang satu juta untuk melunasi hutang milik Semesta, lebih nya ibu ambil saja." ujar Galang memberikan segepok uang.
Mata ibu kantin langsung berbinar melihat uang itu, dengan senang hati ia menerimanya. "Makasih mas, jadi utang neng Semesta udah lunas ya." cicit nya mengembangkan senyum nya lebar.
"Sama-sama ibu kantin ... Lain kali saya bisa utang lagi ya hehe," celetuk nya menjawab.
"Oh tentu boleh, nanti kalo lunas lebihin lagi yang banyak." sahut nya tak mempermasalahkan nya.
Galang membawa Semesta ke kantor nya terlebih dahulu, mereka tak ada perbincangan selama perjalanan.
Semesta takut jika pria itu marah dengan nya, apa lagi tak mau mengajak nya mengobrol. Galang menghembuskan nafasnya kasar, ia tak habis pikir dengan Semesta.
"Kamu ini hutang di kantin atau hutang sama rentenir sebenarnya, banyak sekali sampai ratusan ribu," heran nya menggeleng pelan.
"Ya gimana lagi, gue kalo berangkat sekolah nggak pernah dikasih uang saku atau jajan sama ayah dari waktu masuk sekolah pertama kalinya." sedih Semesta menjawab.
"Kita mau kemana habis ini? Kenapa jalan nya nggak ke rumah?" heran nya bertanya.
"Kita ke rumah sakit." sahutnya tersenyum tipis.
"Maaf kalo gue selalu nyusahin lo Lang ... " lirih nya merasa bersalah.
"Tidak perlu bilang seperti itu, saya senang jika kamu merepotkan saya." ujar Galang tersenyum tulus.
Semesta dibuat terpana dengan senyuman sang empu yang ia berikan kepadanya, jarang sekali melihat seorang Galang tersenyum seperti ini.
Sampai di rumah sakit mereka langsung memasuki ruangan VVIP, rumah sakit Adiptama merupakan salah satu milik keluarga Galang sendiri.
Luna masuk kedalam ruangan dengan baju dokternya, ia hanya menampilkan wajah datar kepada mereka.
"Loh Lun? Tadi bukan nya sama Asya?" bingung Semesta mengernyitkan keningnya heran.
"Saya langsung kesini setelah mengantar kan Asya kembali ke rumah." jawab nya langsung memeriksa kondisi Semesta yang sudah berbaring.
"Lo siapa nya Asya? Kenapa lo yang jadi wakil nya tadi?" tanya Semesta penasaran.
"Asya itu adik saya, dia memang suka membuat ulah semenjak mama kami meninggal." sahut Luna jujur.
Pernyataan sang empu membuat Semesta dibuat terkejut, ia tak menyangka bahwa Luna mempunyai adik perempuan.
"Kenapa? Apa dia kurang kasih sayang?" tanggap Semesta mencoba menggali informasi.
"Huft ... Memang dia kurang kasih saya, apalagi papa kita mulai kerja diluar kota membuat nya tak ada teman di rumah, saya juga sibuk untuk bekerja." jelas nya membuat Semesta mengangguk.
"Tidak ada teman? Bukan nya ada si Tai ngambang sama Yuni?" ujar nya masih tak paham.
"Mereka hanya berteman di sekolah, jika diluar sekolah, Asya tidak mereka anggap teman lagi," cecar Luna sambil mengobati Semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Fiksi RemajaJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...