Mereka akhirnya duduk kembali. "Eh Ta, lo kan udah nikah nih, kalian udah buat anak belum?" tanya Adelina tersenyum manis.
"Ambilin minum dong, haus gue." pinta Semesta mendapatkan tatapan sinis dari sangat empu.
"Heleh! Tadi mau gue ambilin minum nggak mau!" sungut nya kesal, tak ayal ia mengambilkan minum untuk sahabat baiknya itu.
Semesta dengan sabar menunggu Adel mengambilkan minum untuknya. "Nih minum." suguh nya memberikan satu gelas minuman berwarna kuning itu kepada nya.
"Apaan nih?" tanya Semesta melihat Adelina yang sudah meminum air itu.
"Es jeruk kesukaan lo lah, apa lagi." jawab nya meletakan gelas nya diatas meja.
"Masih inget aja lo sama hal kecil yang gue sukain." cicit Semesta menggeleng pelan.
"Yaudah sekarang jawab pertanyaan gue yang tadi!" sungut Adel tak sabaran.
Semesta meneguk minuman itu terlebih dahulu hingga menyisakan setengah. "Untuk pertanyaan udah buat anak apa belum sama dia, jelas belum." ucap nya menjawab dengan santai.
"Lah kok bisa? Kan kalian udah nikah?!" tanya Adel keheranan.
"Ya bisa lah, kita nunggu nomen yang tepat dulu aja." sahut Semesta menanggapi.
"Lo nikah sejak kapan sih?!" bingung Adel ingin tahu.
"Sekitaran waktu gue masuk sekolah lagi sih," ucap Semesta sambil mengingat-ingat.
"Udah lumayan lama itu," angguk nya merespons.
"Eh tapi sekarang kenapa lo nggak masuk sekolah lagi? Apa gara-gara lo udah nikah jadi nggak mau sekolah?" hardiknya menatap tajam sang empu.
"Masa iya lo nggak tau gue kena skors waktu itu," cicit Semesta menatap heran Adelina.
"Entahlah, gue kayak nya emang nggak tau sih. Lagian masalah apa lo bisa kena skors?" tanya Adel menaikkan satu alisnya keatas.
"Gue hajar ratu bullying disekolah sama antek-anteknya." jawab Semesta apa adanya.
"Lah masa sih?! Kok gue nggak tau waktu itu?! Emang gue dimana sampe nggak ngerti berita lo?" ujar Adelina berpikir sejenak.
"Nggak usah dipikir lagi lah, nggak penting juga." sahut nya membuat nya mengangguk setuju.
"Terus kapan lo sekolah lagi?" ucap Adel mendapatkan gelengan kepala dari Semesta.
"Lo gimana sih! Emang di skors berapa minggu?" kesal nya tak habis pikir dengan gadis didepannya ini.
"Nggak inget, kayaknya sih 3 Minggu" ucap Semesta mencoba mengingat-ingat kembali.
"Lo yang kena hukuman, lo juga yang lupa!" sungut Adel menggeleng pelan.
"Bodo amat lah buat gue, mau nggak lanjut sekolah juga nggak masalah, males banget ketemu orang-orang yang si paling ngerasa selalu benar!" jengkel nya berucap menyahuti.
"Ini contoh yang nggak baik ya anak-anak, jadi jangan ditiru orang yang berpikiran seperti ini. Biasanya orang nya nggak punya semangat hidup." cecar Adel sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Ya emang nggak baik, kalo ada yang niru gue marah lah! Nggak setuju!" terang Semesta membenarkan.
"Udah tau nggak baik ngapain mau lo lakuin Semesta!!" ucap Adel dengan nada penekanan.
"Terserah gue lah, lagian gue udah pinter ngelebihin gurunya sendiri!" sombong nya berbangga diri.
"Idih-idih, percaya diri sekali anak ini." sahut Adel menepuk keningnya tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
أدب المراهقينJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...