54. Keinginan Yang Tak Pernah Terwujud

28 22 0
                                    

Mereka berdua pun sampai di kantor milik Adiptama. Semesta menyuruh Galang untuk menunggunya didalam mobil saja.

Lagi pula Galang sudah memberitahu dimana ruangan kerja sang ayah dengan detail, Semesta bisa sendiri untuk menemukan ruangan itu.

Semesta segera memasuki kantor, ia dengan mudah masuk tanpa dihentikan oleh orang-orang kantor yang ada karena Galang sudah memberitahu bahwa akan ada seorang gadis yang datang ke kantor dan itu adalah istrinya.

Tak sampai 10 menit, akhirnya Semesta menemukan ruangan sang ayah bekerja. Ia mulai memasuki ruangan itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ayah!" panggil nya membuat sang empu kaget hingga mendelik kan matanya.

Semesta menghampiri pria yang dari dulu ia kejar-kejar itu untuk mendapatkan rasa kasih sayang, tapi sekarang keinginannya sudah terhapus dari dirinya. Ia tak perlu dan tak lagi membutuhkan rasa itu.

"Ngapain kamu ada disini?!" sentak Berto sambil berdiri dari duduknya.

Semesta tetap saja melangkah kan kakinya mendekati sang empu, ia sama sekali tak takut dengan tatapan yang diberikan ayahnya kepada nya saat ini.

"Ayah kenapa nggak pernah jenguk bunda?!" tekan Semesta bertanya, tak lupa ia memberikan tatapan benci kepada pria yang terlihat masih awet muda itu.

Alberto beberapa detik dibuat mematung dengan pertanyaan yang diberikan anaknya untuk dirinya, ia menatap anak perempuannya nanar. "Ayah sibuk, nggak ada waktu buat menemui bunda mu." jawab nya menetralkan ekspresi wajahnya.

Semesta yang mendengar penuturan sang empu pun dibuat terkekeh kecil. "Ayah sibuk apa? Bukan nya pekerjaan ayah cuma judi sama mabuk-mabukan di sana?" kelakar nya menatap remeh pria itu.

Alberto dibuat mengeram marah ditempat, berani sekali Semesta sekarang kepadanya. "Jaga ucapan kamu!" ucap nya mengacungkan jari telunjuk kepada Semesta.

"Loh? Emang benar kan? Kenapa nggak terima? Bukannya itu emang kenyataan nya, bukannya itu fakta!" sambung nya dengan menekan kata terakhir yang ia ucapkan.

Sang empu yang merasa tersinggung pun mengepalkan kedua tangannya erat menahan amarah yang bergejolak didalam tubuhnya.

Semesta yang melihat wajah ayahnya memerah pun dibuat tersenyum puas. Senang sekali rasanya bisa membuat pria itu darah tinggi.

"Oh atau kurang? Perlu Semesta tambahin kalo kesibukkan ayah itu selalu ngajak tidur tante-tante yang ada di klub itu, iya?" sembur Semesta seraya menatap jijik pria itu dari atas sampai bawah.

"Dasar anak tak tau diri!" marah Berto ingin menghajar sang empu, namun sayang, Semesta berhasil menghindari mahluk aneh yang sedang mengamuk itu.

"Etdah, sekarang tenaganya nggak sekuat dulu ya? Masa nangkap anak sekecil ini nggak bisa!" cibir nya menunjukkan tatapan remeh miliknya.

Kini Semesta tengah berdiri diatas kursi yang tadinya di duduki oleh ayahnya. Senyum miring ia perlihatkan kepada sang empu berniat mengejek nya.

Alberto sendiri tak kembali bergerak untuk mengejar anak itu, ia hanya berdiri menatap gadis itu dendam.

Semesta turun dari atas kursi, ia menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Maafin Semesta, ayah. Semesta cuma mau main sama ayah, kayak dulu ayah sama bang Alam kejar-kejaran sampe naik sofa. Semesta juga pengen ngerasain gimana diposisi itu. Ternyata seru banget ya." ujarnya sambil mendekati sang empu dengan langkah gontai.

Alberto dibuat tertegun dengan penuturan sang anak, ia tak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi.

Semesta berhadap-hadapan dengan Alberto sekarang ini, ia menatap mata dark green milik pria itu. Warna matanya sama dengan mata ayahnya dan sekarang mereka tengah saling bertatap-tatapan satu sama lain.

DUNIA SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang