Malam harinya, Semesta keluar dari dalam rumah, ia kini tengah membuntuti seseorang yang sudah menjadi target pertamanya.
Semesta mengawasi pergerakan orang itu dari dalam mobil. Senyum miring terbit ketika melihat targetnya tengah menghentikan motornya dipinggir trotoar jalanan yang sepi.
Dengan cepat ia ikut memberhentikan mobilnya, tepat belakang motor sang empu ia memarkirkan mobilnya. Semesta tak tahu apa yang dilakukan orang itu hingga berhenti disini. Ia berpikir bahwa orang itu tengah membuang hajat nya.
"Oh, hai om. Apa kabar!" sapa nya dengan ramah, tangannya terangkat melambai pelan.
"Loh, kamu kenapa bisa ada disini? Kamu juga sendirian." heran pria itu kebingungan.
"Semesta kesini kan mau ... "
Dor!!
Suara tembakan terdengar, Semesta mengunggingkan senyumnya penuh kemenangan. "Haha, rasanya gimana? Sakit, hm?" tanya nya menundukkan kepalanya menatap pria itu yang tengah mengerang kesakitan memegangi lengannya.
"Salah saya sama kamu apa Semesta! Kenapa kamu menembak saya!!" ucap sang empu tak terima.
"Eum, om belum juga nyadar ya aku ini siapa?" angguk Semesta masih menjaga jaraknnya dengan sang empu.
"Yah, sayang banget ... Semesta lagi nggak pengen ngejelasin soal ini. Ini sama aja membuka luka Semesta yang dulu." sahut nya dengan tatapan sendu.
Pria itu menatapnya tajam, ia sama sekali tak beranjak dari tempatnya, padahal Semesta sudah siap untuk bertarung dengan pria dewasa itu.
"Aku kasih clue deh biar om mikir sendiri kenapa Semesta lakuin ini sama om!" serunya dengan senyum tipis ia tunjukkan.
"Om ingat nggak, kejadian tahun 2012? Om pernah ngelakuin hal keji kepada wanita bukan? Dan dia membawa anak kecil bersamanya, anak kecil itu perempuan, umurnya sekitaran 6 tahun. Sekarang sudah mengigatnya, huh?" jelas Semesta memberitahu.
Sang empu berpikir lama, seraya tangannya memegangi lengannya yang sudah berdarah karena tembakan Semesta. Mata gadis itu menatap nya dendam, rahang nya mengeras dengan mata nya tiba-tiba mengeluarkan cairan bening.
"Apa om mengingat nya?" tanya Semesta menunjukkan wajah sedihnya. Pria itu mengangguk setelah mengingat waktu itu.
"Dan Semesta adalah anak perempuan itu, om. Semesta kecil, yang malang." cicit nya membuat mata pria itu melebar.
"Kenapa om lakuin itu sama bunda Semesta? Om suka sama bunda, iya?!" sahut nya dengan suara tinggi.
Pria itu tersentak, kepalanya menggeleng merespons. "Bukan om yang suka sama bunda kamu. Tapi sahabat om yang sudah dari dulu menyimpan rasa kepada bunda mu, Semesta. Tapi ia kalah dengan ayah mu. Ia tak berhasil mendapatkan hati Kanaya. Apapun ia lakukan agar bisa mendapatkan bunda kamu." jelas nya membuat Semesta tak menyangka.
Didalam matanya, terlihat sangat jelas ada amarah besar yang ingin ia luapkan. "Terus kenapa om ikut memperkosa bunda Semesta!!!" teriaknya sambil meneteskan air matanya deras.
Berat rasanya untuk berucap seperti itu, namun apalah daya, ini demi mendapatkan sebuah penjelasan. "Maafkan saya, Semesta. Om waktu itu diajak sabahat om. Om terpaksa melakukan itu."
Dor!
"Argh!" erangan itu kembali terdengar, kalo ini ia menembak tangan sang empu yang lain.
"Sakit, om?! Sakit hah?! Rasa yang om alami ini nggak ada apa-apanya sama yang Semesta rasain!!!" bentak nya mengamuk, ia sangat ingin membunuh pria didepannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Roman pour AdolescentsJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...