66. Perhatian Yang Tak Pernah Ia Dapatkan

25 23 2
                                    

Pagi harinya Galang pulang kerumah, tadi malam ia tidur dirumah orang tuanya. Setelah ia menceritakan tentang kejadian itu kepada mereka, Sandi langsung saja memarahi anak nya karena telah menyakiti hati wanita apalagi itu adalah istrinya sendiri.

Mereka menasehati Galang agar lebih bisa mengontrol emosi nya supaya tak menyebabkan masalah yang lain.

Galang tak mendapati Semesta saat sudah berada didalam kamar. "Semesta?!" panggil nya ketika sama sekali tak menjumpai istri nya itu.

Ia mencari-cari dimana keberadaan sang empu, namun sayangnya ia masih saja tak menemukannya. Dengan cepat Galang menghubungi nomor Adelina.

Sebelumnya, Galang pernah meminta nomor sahabat Semesta itu, dan Semesta pun memberikannya.

Panggilannya terangkat. "Adelina, apakah kamu sedang bersama Semesta?" tanya Galang membuat gadis diseberang sana mengerutkan dahinya keheranan.

"Nggak, gue setelah pulang sekolah kemarin nggak ada sama sekali dapet kabar dari Semesta." jelasnya membuat Galang langsung memutuskan sambungan telpon nya sepihak.

Galang dengan segera mengecek laptopnya, ia melacak keberadaan sang istri. "Ada didalam rumah?" heran nya bingung.

Ia pun mulai mencaritahu keberadaan kalung yang ia berikan kepada Semesta. Galang menatap kalung itu nanar yang ternyata ada didalam laci nakas.

"Ck! Kenapa Semesta melepas kalung ini!" decaknya menggeleng tak habis pikir. Ia menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja.

Galang akan mencoba mencari Semesta dirumah orang tuanya. Hatinya gelisah memikirkan gadis yang ia cintai itu. Galang menyesal telah membentak dan mengusir istrinya. Mungkin Semesta marah padanya dan tak ingin bertemu, oleh karena itu dia tak pulang kerumah.

Saat sampai didepan rumah orang tua Semesta, ia melihat Albert keluar dari dalam rumah dengan pakaian yang sudah rapi ingin berangkat kekantor seperti biasanya.

"Tuan muda," kaget nya melihat pria itu menatapnya tajam.

"Dimana istri saya?!" tekannya membuat Albert hanya mengedikkan bahunya keatas tak peduli.

Albert melenggang pergi meninggalkan Galang yang masih melihatnya dengan tatapan enggan.

Galang langsung masuk kedalam rumah itu. "Semesta!!" panggilnya dengan suara keras membuat gadis yang tengah tertidur merasa terganggu.

"Aish! Apaan sih!" sungutnya kesal, ia bangkit dari ranjang lalu keluar dari dalam kamar.

Ia membuka pintu kamarnya. "Astaga!" kaget Semesta setelah menubruk sesuatu didepannya yang membuat tubuhnya hampir terjengkang ke belakang.

Semesta dengan reflek meraihkan tangannya kepada apa saja yang ada didepannya agar tak terjatuh. Matanya tertutup dan merasakan kini badannya tengah menggantung.

"Saya mencarimu." kata seseorang membuat mata Semesta terbuka lebar.

Pandangannya pertama kali melihat sosok pria tampan tengah menatapnya dalam, ternyata tangan pria itu memengangi pinggangnya, menahan tubuhnya agar tak terjatuh.

Semesta mendorong tubuh sang empu untuk melepaskan pelukan dipinggang nya. "Ngapain lo kesini!" bentak nya dengan ketus.

Galang menghembuskan nafasnya panjang. "Maafkan saya," ucapnya seraya menunjukkan tatapan mohon.

Semesta mengeraskan rahangnya, matanya menatap sayu suaminya itu. "Nggak." jawabannya tegas seperti Galang waktu yang memberikan jawaban tidak kepadanya ketika ia meminta maaf.

"Semesta, saya mohon maafkan saya. Saya khilaf waktu itu." cicitnya membuat Semesta tetap menggeleng.

Galang tetap saja berusaha membujuk istri nya itu. "Kamu ingin apa, Semesta? Apartemen? Mobil? Rumah mewah? Bilang kepada saya maka akan segera saya turuti." tanya Galang sembari terus membuntuti Semesta.

DUNIA SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang