Mereka berdua kini berada didalam mobil, tujuan nya sekarang adalah ke rumah Adelina.
Arga sendiri sudah ikut dibelakang mobil Galang, setelah ia berbicara dengan Galang lewat telepon, ia sendiri langsung menuju rumah sang empu.
Galang yang tengah menyetir dibuat malas dengan Semesta, ia terus saja mengoceh seperti burung.
Setiap apa yang mereka baru saja lewati pasti Semesta akan menanyakan nya. "Galang, kenapa lampu lalu lintas itu warnanya ada tiga?" tanya nya mulai bertanya kembali.
"Kan warna itu banyak, kenapa harus tiga?" heran Semesta menggaruk pipinya gatal.
"Maka dari itu, karena warna jumlahnya lebih dari tiga, diambil lah warna yang paling mencolok dan paling sering dilihat orang." jawab Galang asal ceplos.
"Oh gitu, terus kenapa warna yang diambil itu merah kuning sama hijau? Kan ada warna yang lebih bagus, kayak warna coklat, hitam, sama abu-abu." cicitnya lagi bertanya.
"Jika warna nya diganti dengan warna yang tergolong gelap, orang yang rabun atau sudah renta usianya akan kesusahan untuk mengetahui warna apa itu sebenernya, maka dipilihlah warna yang terang seperti ketiga warna itu agar orang-orang bisa melihat dengan jelas meski rabun sekalipun." jelasnya kembali dengan nyeleneh.
Semesta hanya menganggukkan kepalanya mengerti dan seakan-akan paham apa yang dijelaskan sang empu, padahal sebenarnya tidak sama sekali.
"Stop!! Itu rumah Adel ada didepan sana!" tunjuk nya meminta berhenti.
"Astaga, masih ada didepan sana Semesta, mengapa kamu menyuruh saya untuk berhenti disini." cecar Galang mengembuskan nafas nya berat.
"Hehe," sahut Semesta cengengesan tanpa dosa.
"Jangan berhenti didepan rumahnya pas, majuan dikit." pintanya membuat Galang hanya menurut.
Semesta mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil lewat kaca. "Woy! Adel! Lo naik bareng mobil dibelakang ya! Itu yang nyetir duda ganteng tajir melintir!!" teriak nya kencang membuat Arga mendelik kaget mendengarnya.
Adelina hanya mengangguk mengiyakan, ia mulai masuk kedalam mobil itu. Dan benar saja, ia menemukan seorang pria tampan dengan gayanya yang cool.
"Hai, om." sapanya tersenyum ramah.
"Om-om! Mata lo rabun apa gimana?! Gue masih muda kali!" sungut Arga tak terima.
"Buset, galak amat om." cecar Adel melirik sang empu takut.
"Panggil gue Arga." ucap nya berpinta hanya mendapatkan anggukan kecil sang empu.
"Nama lo siapa?" tanya Arga penasaran.
"Adelina, gue sahabat baiknya Semesta." cicitnya menjawab. Arga tak lagi menyahuti sang empu, ia hanya fokus menyetir saat ini.
Akhirnya mereka melaju menuju mall bersama-sama. Didalam mobil yang pertama berisikan kebisingan yang dibuat oleh Semesta. Sedangkan mobil kedua berisikan keheningan yang dibuat oleh kedua orang didalamnya yang tak ada pembicaraan sama sekali.
Sampai dimana mereka semua sampai di mall, Galang dan Semesta asik sendiri sementara Arga dan Adelina hanya menyimak pasangan suami istri itu.
"Sumpah gue nyesel ngikut mereka! Kalo tau endingnya gini mana mau gue!" batin Adel merasa jengkel.
"Gunanya gue disuruh ikut sama mereka apa ya kalo ujung-ujung nya jadi nyamuk gini!" batin Arga ikut berucap.
"Lang, gue laper, kita cari makan yuk!" ajak Semesta menunjukkan wajah melasnya kepada sang empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Teen FictionJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...