"Semesta, sudah berkelahinya dengan semua itu, mari kita tidur, hampir memasuki larut malam, tidak baik jika kita tak tidur sekarang." ujar Galang merapikan mejanya.
Setelah selesai ia menghampiri sang empu yang masih enak-enak rebahan, ia langsung mengambil laptop dan menyimpan diatas meja.
"Ih kok udah di simpan sih! Belum selesai tau!" sungut nya mendudukkan tubuhnya menatap sang empu kesal.
"Bisa dilanjutkan besok lagi Semesta, kita tidur dulu." cicit Galang merebahkan tubuhnya di ranjang disamping Semesta.
"Ck! Padahal sedikit lagi gue selesai sama Alard!" jelas nya ikut merebahkan tubuhnya kembali.
"Siapa Alard?" heran Galang memiringkan tubuhnya menatap Semesta dalam.
"Bukan siapa-siapa, itu pemilik sekolah yang gue tempatin." jawab nya apa adanya.
"Baiklah, sekarang kita berdoa sebelum tidur." sahut Galang mendapatkan anggukan kepala dari Semesta.
Setelah berdoa, Semesta menaikkan selimut hingga sebatas dadanya, entah kenapa malam ini terasa dingin.
"Apa kau kedinginan?" tanya Galang memperhatikan pergerakan sang empu sedari tadi seperti tengah tak nyaman.
"Iya, AC nya lo hidupin ya?" tanya Semesta sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Tidak, AC nya sudah saya matikan tadi." jawab Galang mendekatkan tubuhnya mepet dengan Semesta.
"Jika masih dingin, peluk saya maka itu bisa menghangatkan tubuh mu." cecar nya merentangkan tangannya bersedia mendekap sang empu kedalam pelukannya.
Semesta menatap malas Galang, ia tau pria itu tengah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Namun tak ayal ia masuk kedalam pelukan sang empu yang memang benar-benar bisa membuat tubuhnya menghangat.
"Jangan banyak gerak, cepat tutup matamu." ujar Galang dipatuhi Semesta cepat.
Tak lama dari itu mereka berdua tertidur pulas, saling memeluk satu sama lain menyalurkan kehangatan.
Di pagi harinya Semesta keluar kamar, ia pergi ke halaman rumah, banyak bunga-bunga berwarna-warni yang ia temui di sana.
Ibu mertuanya itu suka menanam bunga sendiri, tak heran jika banyak sekali beraneka ragam bunga yang terdapat disini.
Semesta keluar tanpa sepengetahuan Galang, ia tak mau membangunkan sang empu yang masih tertidur lelap.
Ia tau bahwa suaminya butuh istirahat yang cukup karena semalam ia sangat kesibukannya dengan pekerjaaan nya itu.
Semesta duduk dibangku yang ada, ia hanya menatap tanah luas hijau itu nanar. Otaknya berkerja untuk menemukan siapa orang misterius yang menerornya saat ini.
"Semesta, kamu ngapain disini?" tanya Anita hingga membuat sang empu menoleh kepadanya.
"Cari udara segar mah," jawab Esta tersenyum simpul.
"Galang udah bangun?" tanya Anita kembali ikut duduk disamping menantunya.
"Tadi pas Semesta keluar kamar dia belum bangun, biarin aja, kasihan Galang, tadi malam dia ngerjain berkas-berkas banyak banget." cicit nya menyahuti.
"Galang hari ini mulai berangkat ke kantor, kamu bangunin aja dia, suruh siap-siap." sahut Anita membuat Semesta mengangguk mengerti.
"Eh, tapi mama boleh ngobrol serius nggak sama kamu?" sambung nya bertanya, matanya menatap dalam Semesta.
"Ngomong aja, emang bahas apa mah? Wajahnya keliatan gitu banget," ucap Esta penasaran.
"Kalo mama boleh tau, mama kamu sendiri kemana? Selama ini mama nggak pernah liat dia." cecar Anita hingga membuat Esta terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Ficção AdolescenteJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...