"Ngapain dia hubungin gue? Bukannya hubungan gue sama dia udah putus ya?" heran nya bertanya-tanya.
Dari pada ia dibuat mikir kepada gadis itu yang menghubunginya, lebih baik ia tanyakan saja kepada orangnya langsung.
"Kenapa?" tanya nya santai, tak ada nada ketus yang ia ucapkan saat ini.
"Gue mau ngomong sama lo, gue mau jujur." cicit nya membuat Semesta menautkan kedua alisnya kebingungan.
"Jujur maksud lo?" sahut nya tak paham.
"Gue nggak bisa kalo ngomong lewat telepon, kita ketemu aja dicafe." ujar Adel dibenarkan Semesta.
"Oke, kita ketemu, lo serlok aja nanti." jawab Semesta tak masalah, lagi pula ia bosan jika duduk dirumah terus-menerus karena hukumannya belum selesai.
Semesta mematikan sambungan telponnya secara sepihak, ia yang empat Galang keluar pun tiba-tiba ragu untuk bertemu dengan Adelina.
Sebagai istri yang baik hati dan tidak sombong, maka ia berjalan menghampiri suaminya yang tengah memakai baru.
"Lang, gue keluar rumah boleh nggak hari ini?" tanya nya membuat Galang langsung mendadak memberikannya tatapan tajam.
"Kemana?" jawab nya balik memberi pertanyaan.
"Gue mau ketemu temen kelas, cewek kok!" ucap nya mencoba menyakinkan suaminya yang sudah menatap nya curiga.
"Dimana?" sahut Galang bertanya kembali.
"Cafe." jawab nya membuat sang empu mengangguk setuju serta memperbolehkannya.
"Apa perlu mau saya temani?" tawar nya berucap membuat Semesta menggeleng cepat menolak.
"Nggak usah, tadi kan katanya nanti siang ada meeting dikantor, jadi gue sendiri aja nggak apa-apa." cicit nya memberikan senyum manis kepadanya.
"Baiklah jika itu mau mu." cecar Galang tak masalah.
Semesta mendekat kepadanya, sang empu mulai merapikan jas yang ia pakai, tangannya yang awalnya masih memegang dadi kini berganti berada ditangan Semesta.
"Biar gue pakein dasinya," ujar Esta dengan senyum tulus yang ia perlihatkan.
Galang hanya menurut, tanpa sedari senyuman tipis terukir di bibirnya, jantungnya berdetak kencang setiap Semesta dekat dengannya.
Sudah dipastikan bahwa ia mencintai gadis didepannya ini, jika tidak mengapa jantungnya berdegup keras, ia berharap semoga saja gadis itu tak bisa mendengar suara jantung nya itu.
"Ngapain natap gue gitu?" tanya Semesta menatap balik sang empu.
"Jantung lo amanin dulu tuh, takut jadi nggak berfungsi dengan normal karena terlalu berdetak sangat kencang." cecar Semesta selesai memasangkan dasi kepada suaminya.
Galang dengan reflek memegang dadanya, masih sama, bahkan lebih kencang saat ini dari pada sebelumnya tadi. "Sepertinya saya perlu kedokter jantung." cicit nya mendapat gelengan kepala pelan dari Semesta.
Ia tau jika Galang mencintai nya setulus itu, hingga detakan jantung yang sedang jatuh cinta mampu ia dengar sangking kuat nya.
"Iya kayak nya gitu, nanti bilang sama dokter suruh ngobrol sama jantung lo, kalo deket sama gue bakalan aman nggak dianya." sambung Semesta kerkekeh geli.
"Jika aku membuat jantung mu berdetak kencang, maka kamu membuat ku mabuk kepayang." ucap Semesta dengan wajah polosnya membuat Galang gemas sendiri dengan nya.
"Je t'aime," sahut Galang tersenyum tipis.
"Nggak usah pake bahasa French, gue tau artinya." cicit Semesta menatap remeh sang empu.
"Ik hou van je." sambung nya kembali menggunakan bahasa lain.
"Oh bahasa Belanda ya? Gampang buat gue itu!" ucap nya mengangkat kedua bahunya keatas.
"Eu te amo," lanjut Galang sengaja untuk menguji apakah sang istri mampu menguasai bahasa yang ia juga bisa kausai.
"Portuguese!" tebak nya sangat yakin dengan jawaban nya ia keluarkan, Galang hanya mengangguk untuk membalasnya.
"Apa lo bakalan sebutin bahasa Spanish dan Italian? Mereka sama saja, sebelas dua belas dengan kata 'I love you' dalam bahasa Portuguese." cecar Semesta membuat Galang terbungkam sejenak, ia tertegun karena gadis itu bisa menebaknya.
"Pasti yang satu ini kamu tidak akan bisa menebak dari bahasa negara mana ini," cicit Galang tersenyum remeh kepadanya.
"Coba aja, kalo gue bener nebak nya, gue harus dapet hadiah!" ucap nya mendapatkan anggukan setuju Galang hingga Semesta kesenangan.
"Ich liabe dich." ujar nya langsung membuat Semesta terdiam ditempat.
Ia mulai berpikir. Semesta menatap suaminya yang memberikan tatapan remeh dengan senyum miring nya. "German." jawab nya dengan mudah, tadi ia hanya berpura-pura berpikir agar membuat suaminya berpikir bahwa ia menang.
Galang dibuat tak percaya, bagaiman gadis itu tahu jika itu bahasa German, padahal karang sekali orang berkata dengan bahasa itu.
"Bagaiamana kamu bisa tahu?" heran Galang penasaran.
"Gampang, kan gue bisa bahasa itu semua." cicit nya dengan enteng, bahkan tak ada beban sama sekali.
"Ah udahlah! Ngapain malah bahas bahasa sih!" sungut Semesta kesal.
"Baiklah, nanti jika kamu butuh bantuan ku telpon saja saya, dengan segera saya akan datang." cecar nya mendapatkan anggukan patuh sang empu.
"Lo mau berangkat sekarang?" tanya Semesta ketika melihat Galang sudah rapi dengan pakaiannya. Sang empu hanya menganggukkan kepala nya merespon.
"Nggak makan dulu?" heran Semesta menatap Galang nanar.
"Tidak perlu, nanti saya akan makan bersama orang kantor saja, Luna yang menemani saya." cicit nya membuat Semesta langsung tak mood.
"Oh gitu, lebih milih makan bareng cewek lain dari pada makan sama istrinya sendiri ... " ujar Esta mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali.
"Bukan begitu, jika saya makan dirumah, nanti saya bisa telat masuk kantor." jelas nya agar sang empu tak salah paham dengannya.
"Lo kan bos nya, terserah dong mau masuk jam berapa, meskipun nanti telat juga nggak bakalan dipecat!" sungut nya mengendus kesal.
"Meskipun saya menjadi bos nya, saya juga harus berangkat tepat waktu, ini bisa menjadikan contoh untuk orang kantor yang lain untuk datang sesuai jam kerjanya." terang Galang memengang kedua bahu Semeata erat.
"Oh oke terserah." sahut nya tak peduli, ia sudah malas dengan pria didepannya itu, tak peka sekali dengan perasaannya ini.
"Baiklah saya akan berangkat, kamu hati-hati jika diluar rumah nanti." cicit nya keluar kamar meninggalkan Semesta yang hanya memberikan tatapan nanar kepadanya.
"Luna aja terus sampe mampus! Nggak ngerti apa kalo gue nggak suka lo deket-deket sama dia huh?! Dia itu suka sama lo Galang Rajendra Adiptama!!!" geram nya berucap dengan penuh penekanan.
Semesta tau jika Luna menyukai Galang sejak ia awal bertemu dengannya waktu itu di rumah sakit.
Dari matanya bisa terlihat sangat jelas bahwa disana terdapat rasa yang begitu dalam dan besar yang diberikan kepada Galang saat ia menatapnya.
Ia tak habis pikir dengan wanita itu, mengapa ia tak mau mengungkapkan perasaannya, bahkan sampai Galang menikah dengannya pun ia memendam perasaan cintanya itu.
Semesta sendiri tak suka jika suaminya berdekatan dengan wanita itu, ia merasa cemburu. Namun untuk mengatakannya pada Galang, gengsi nya terlalu tinggi.
Semesta sebenarnya merasa bersalah karena merebut orang yang sangat dicintai nya, tapi bagaimana lagi, ini ia lakukan demi menjalankan misinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Novela JuvenilJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...