"Kalian berdua ngapain!" bentak Luna kaget melihat Galang mengungkung Semesta menghimpit tembok.
"Ck! Mengapa anda datang tak mengetuk pintu!" geram nya menatap tajam Luna.
"M-maaf pak, saya tidak sengaja." sesal nya merasa bersalah.
Semesta bernafas lega bisa terbebas dari Galang, untung saja wanita itu datang tepat waktu, jika tidak, entah lah nasibnya bagaimana.
"Kenapa?" tanya dingin Galang menormalkan eskpresi nya dengan sekejap.
"I-ini saya tadinya membawa secangkir kopi untuk bapak, tapi ... " ucap nya menatap serpihan gelas yang berserakan di lantai.
"Bersihkan segera." pinta nya mendapat anggukan patuh Luna.
"Saya permisi terlebih dahulu pak Dipta, nanti saya kembali untuk membersihkannya," ujar Luna ingin pergi.
"Apakah bapak ingin saya buatkan kopi kembali?" tanya nya sebelum keluar ruangan.
"Saya tidak menyuruhmu untuk membuatkan saya kopi, apa anda lupa jika saya tak suka kopi huh?" jawab Galang menatap nya datar.
"A-ah iya maafkan saya pak," sahut nya menundukkan kepala merasa bersalah.
"Baiklah sekarang pergi," usir Galang membuat Luna berlalu dari ruangan itu.
Semesta menatap Galang takut. "Kenapa dengan mu?" heran sang empu melihat gelagat Semesta yang aneh.
"Enggak, gue cuma mau tanya, besok udah boleh sekolah kan?" ucap nya menutupi rasa takut nya.
"Bisa, kamu kan sudah sembuh." jawab nya tersenyum tipis.
"Em, yaudah sekarang mending lo urusin berkas-berkas aja, gue pengen rebahan." ujar nya mendorong Galang menuju mejanya.
"Baiklah kamu bisa istirahat sejenak, jika langit sudah mulai menggelap, nanti kita ke pasar malam." angguk Galang duduk di kursi miliknya.
Semesta mengelus dadanya yang berdebar kencang, untung saja Galang tak lagi memojokkan nya didinding.
Ia merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada, pandangnya tak sengaja menangkap sebuah foto yang terpajang didinding ruangan.
Semesta bangun lalu melangkahkan kakinya mendekat. "Kayaknya gue nggak asing sama nih orang ... " gumamnya pelan menatap intens foto itu.
"Lang, ini siapa?" tanya Semesta penasaran.
Galang mengalihkan perhatian kepada Semesta. "Itu kan papa saya Semesta." jawabnya menggeleng tak habis pikir dengan pertanyaan sang empu.
"Kalo foto ini gue tau kalo dia papa Sandi! yang sebelahnya ini loh!" jengkel Semesta menunjuk foto orang itu.
"Dia om saya," ucap nya menatap heran Semesta.
"Astaga ... " sahut nya tak menyangka.
"Mengapa kamu seperti kaget begitu?" bingung nya mengangkat alisnya satu.
"Iya muka orang ini nggak asing aja gitu, eh taunya pernah ketemu." sahut nya tersenyum tipis.
"Berjumpa dimana? Om saya itu sudah lama tidak berada di Indonesia," tanggap nya terheran-heran.
"Dijalan waktu itu, tempatnya sepi sih lagipula udah lama kok ketemunya." jawab nya menatap mata Galang dalam.
"Nggak nyangka aja dia ternyata om lo, pas ketemu, dia kasih gue sesuatu tau Lang." ujar nya tersenyum tipis mengingat masa itu.
"Dia kasih sesuatu sama kamu? Tapi om saya jarang memberi orang lain, apalagi orang yang tak dikenalnya." ucap Galang sambil berpikir.
"Memangnya kamu dikasih apa sama dia?" tanya nya ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA SEMESTA [END]
Novela JuvenilJika dendam bisa meruntuhkan cinta tulus kita, maka cinta tulus yang kau miliki akan ku jadikan senjata untuk membalas dendam. Lalu cinta tulus yang ku milik? Hanya sebatas permainan yang suatu saat bisa saja kalah maupun menang jika dihadapkan deng...