62. Bunga Untuk Asyara

26 22 0
                                    

Semesta kembali duduk di sofa, ia mengeluarkan handphone dari dalam saku rok nya. "Beli bunga ah, terus kasih deh ke Asyara. Pasti dia seneng." ucapnya berinisiatif memberikan sesuatu kepada gadis itu.

Setelah beberapa menit ia mulai mengembangkan senyumnya lebar. "Nah ini nih yang gue cari-cari, Lily Of The Valley Flower, bunga yang cantik." cicit Semesta pelan.

"Tinggal pesan deh, pokoknya nanti sore hanya sampe. Terus malamnya gue bisa kasih ke Asyara." sambung Semesta berucap, jarinya langsung menekan tombol untuk menginformasi pesanannya.

Semesta menelpon nomor seseorang. "Permisi, saya mau pesan bunga nya. Itu bisa diantar nanti sore nggak ya?" tanya nya disahuti jawaban dari sana.

"Oh bisa? Langsung saya pesan ya Kak, alamatnya nanti saya kirim." ujar Semesta memutus sambungan itu dengan segera.

Mata Semesta menyipit disebabkan senyum yang tengah merekah manis dibibirnya. "Asya pasti sembuh setelah nerima bunga yang gue kasih nanti." gumam nya penuh arti.

Hingga disore harinya, sebuah paket datang kerumah Semesta. "Makasih," ucap nya mengambil alih paket itu.

Semesta melihat kepergian kurir itu, dengan cepat ia menutup pintu masuk rumah. Semesta melangkahkan kakinya keruang tengah. "Wah, cantik banget ini bunga. Tapi sayangnya nggak ada yang mau pegang bunga ini secara langsung." cicit nya meletakkan bunga yang terbungkus plastik itu diatas meja.

Semesta duduk di sofa, tangannya mulai mengotak-atik laptop yang tadinya ia ambil dari dalam kamar. Kalung yang ia pakai juga ia lepas dan Semesta simpan dilaci nakas, entah kenapa ia ingin melepaskannya saja.

Tak butuh banyak waktu, akhirnya Semesta menghela nafasnya panjang. Pekerjaannya sudah aman, jadi tidak akan ada yang mengetahui apa yang dia lakukan nanti nya.

"Enaknya ngapain ya? Gabut banget nggak ada kerjaan." monolog nya dengan jari telunjuk dan jempol ia tempelkan di dagu miliknya sambil berpikir.

"Ck! Gara-gara nolongin om Alard tadi pagi nggak jadi kan buat deketin Lucas sama Adel!" sungutnya berdecak kesal.

Semesta pemeluk keningnya pelan. "Aduh, bego banget sih! Kenapa gue nggak hack nomor si Lucas aja! Kan dengan begitu, gue bisa hubungin dia!" kesal Semesta mengerutuki kebodohannya.

Jari-jarinya yang lentik kembali menari-nari mengetik keyboard laptop. "Yes! Akhirnya dapet juga!" serunya bahagia.

"Gue telepon ah ... " ucap Semesta mulai menghubungi nomor tersebut.

Tak butuh waktu lama, panggilan nya kemudian diangkat sang empu. "Kulkas Aditya!!" teriak nya membuat orang diseberang sana menjauhkan handphone dari telinganya.

"Siapa?" jawab seseorang menyahuti.

"Gue Semesta!"

"Ngapain?" tanya Lucas malas.

"Nggak apa-apa, cuma mau kasih tau aja sama lo, kalo sahabat gue itu suka sama lo." tutur nya memberitahu.

"Sahabat lo yang namanya Adelina itu?"

"Wah! Lo udah kenal sama dia?!" kaget Semesta dengan suara keras membuat Lucas berdecak kesal.

"Bisa kecilin suara lo nggak? Gue nggak budek, jadi kalo ngomong nggak usah teriak-teriak segala." tekan nya tegas.

"Sorry. Tapi dari mana lo tau kalo Adel sahabat gue?" tanya nya. "Emang lo udah pernah ketemu sama dia?" sambungnya pemasaran.

"Gue tau dari anak-anak sekolah, gue nggak pernah ketemu sama dia, nggak pernah liat juga." jawab Lucas apa adanya.

DUNIA SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang