PART. 106

5.2K 196 22
                                    

Lion masuk ke kamar dengan wajah murung, Dan setelah Lion masuk ke kamar.. Airon juga masuk ke kamar menawari Es krim dan Burger. Ternyata Anak anak nya malah pada diem. Dia yakin setelahnya kedua anak itu akan segera menyusul ke bawah.

Lion sebenarnya sudah akan turun ke bawah sesaat setelah sang Papi menutup pintu. Namun karena melihat Lian hanya diam sambil menatapnya membuat ia jadi mengurungkan niat.

Kedua anak itu kini saling bertatapan sebelum akhirnya kompak berlari menuju pintu kamar dan berebut untuk turun ke bawah.

Rasanya kurang saja kalau ada makanan enak tapi mereka tidak rebutan untuk mengambilnya.

"Aku duluan!" seru Lian

"Aku juga! Kenapa abang ian ikut-ikutan sih? Tadi katanya gak mau!" balas Lion karena jelas-jelas tadi Lian menggelengkan kepala saat ditanya.

"Masa ion sendirian yang habisin makanannya." Lian tak mau kalah.

Kedua anak kembar itu kini tampak saling sikut agar bisa menjadi yang pertama turun ke bawah.

Walau faktanya keduanya pasti akan kebagian. Tetap saja rasanya lebih menyenangkan jika didapatkan dengan hasil rebutan.

"Siapa duluan yang turun bisa pilih burger paling besar," sorak Lion yang sudah beberapa langkah di depan Lian

Lian melotot seketika. Ia tak ingin kebagian burger yang kecil. Bagaimana pun juga ia harus mendahului Lion secepat mungkin agar bisa memilih burger duluan.

Bergegas Lian menuruni tangga, mengikuti Lion yang sudah lebih dulu turun ke bawah. Jiwa kompetitif anak itu seolah tak mau kalah dalam memperebutkan burger dan antek-anteknya.

Tapi sayangnya saat hendak menuruni tangga, Lian malah tersandung kakinya sendiri yang berakhir dengan tubuh anak itu berguling dari tangga paling atas hingga akhirnya menyentuh lantai paling bawah.

"MAMI!!" seru Lian setelah bunyi benturan yang cukup keras

Membuat langkah Lion sontak terhenti dan dengan wajah panik segera berbalik menghampiri Lian yang sudah tertelungkup di ubin lantai.

"Abang, abang ian gak papa?" Dengan gurat wajah panik, Lion tampak mulai berjongkok di samping Lian sebelum akhirnya membalikan tubuh sang kembaran.

Namun alangkah terkejutnya ia saat mendapati dagu Lian sudah mengeluarkan banyak darah dengan robekan yang cukup besar dan dalam di sana. Membuat Lion yang melihatnya sontak termundur dengan raut wajah kaget.

Darah segar yang menetes hingga ke lantai ditambah tangisan Lian yang kian kuat membuat Lion seketika bangkit dan segera memanggil kedua orangtuanya. Dengan wajah pucat dan pias anak itu mulai berteriak sekencang mungkin.

"MAMIIIIII, PAPIIIII, TOLONG!! ABANG LIAN BERDARAH!" teriak Lion

Seketika itu Salsa dan Airon yg sedang di taman belakang langsung Menghampiri Sikembar.

"Papi udah berkali-kali peringatin kalau mau lari-larian itu jangan di tangga. Bahaya!" seru Airon usai Lion membeberkan alasan kenapa Lian bisa sampai jatuh karena mereka berlomba untuk sampai di bawah duluan.

"Ron udah dong. Sekarang kita bawa Abang ian ke rumah sakit dulu," potong Salsa berusaha menahan darah di dagu Lian yang kini sudah mengotori baju Lian

"Mami Abang gak mau ke rumah sakit. Abang gak mau dijahit!" pekik Lian yang tadi sempat mendengar percakapan antara Salsa dan Airon yang mengatakan robekan di dagu Lian cukup besar sehingga harus mendapatkan jahitan.

"Gak papa, sayang. Lukanya harus dijahit biar darahnya gak keluar lagi. Gak sakit kok. Kan nanti dibius," ujar Salsa berusaha menenangkan Lian agar tidak panik.

BENCI JADI BUCIN/Kisah cinta AIRON dan SALSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang