Setelah mengakhiri sambungan telpon dengan Bi Ratih. Airon lantas menoleh pada Salsa yang sudah menangis terisak-isak.
"Sayang jangan panik dulu. Lion pasti cuma lagi main sepeda di sekitaran komplek aja."ucap Airon lembut
"Mana mungkin aku gak panik, Ron. Lion gak pernah pergi dari rumah tanpa pamitan. Dan sekarang dia pergi sambil bawa sepedanya diam-diam. Gak ngasih tahu Bi Ratih kalau mau main keluar. Itu namanya apa kalau bukan kabur?" Dada Salsa bergerak naik turun.
Pikirannya benar-benar dibuat kacau sekacau mungkin setelah mendengar kabar bahwa Lion kabur dari rumah sambil membawa sepedanya.
Airon menghela napas. Berusaha agar tetap tenang dan fokus menyetir, walau otaknya kini tak henti-hentinya memikirkan dimana
keberadaan Lion saat ini."Harusnya tadi pas dia minta ikut ke rumah sakit aku bawa aja sekalian. Bodoh. Kenapa juga aku harus ninggalin Lion di rumah?" isak Salsa sambil menghapus air matanya yang terus-terusan mengalir.
"Sekarang Lion lagi dimana gak ada satupun dari kita yang tahu. Lion gak tahu gimana resikonya keluar rumah sendirian. Gimana kalau nanti dia bawa sepedanya ke jalan raya terus ketabrak mobil dan diculik orang buat ngehilangin jejaknya." ucap Salsa
"Sayang kamu jangan mikir kejauhan dulu. aku tahu Lion gak mungkin begitu. Dia pasti cuma lagi main di sekitar komplek aja." ucap Airon
Salsa menatap Airon dengan tak percaya.
"Kenapa sih kamu bisa setenang ini Ron? Lion kabur, Ron!! Gimana mungkin otakku ini gak mikir hal-hal buruk yang akan terjadi sama Lion!" seru Salsa membuat Airon lantas tertegun.
"Harusnya kamu gak usah sekeras itu sama Lion Ron! Harusnya kamu bisa lebih jaga emosi. Dan satu lagi kalau kamu ngerasa benar-benar kenal anak kita dengan baik harusnya kamu gak perlu suruh dia minta maaf ke orang-orang yang udah ngejek dia. Kamu bikin ego anak kita terluka hanya karena nyuruh dia minta maaf ke orang-orang yang harusnya minta maaf ke Lion." ucap Salsa
"Kok kamu jadi ngelantur kemana-mana? Oke, aku yang salah. Lionnkabur dari rumah itu karena aku. Tapi knapa kamu bahas itu sekarang saat aku juga lagi berusaha mikir dengan kepala jernih buat cari tahu keberadaan anak kita?" tanya Airon tak habis pikir.
"Kamu maunya aku gimana? Ikutan nangis kayak kamu supaya aku jadi terlihat seperti Papi yang peduli dengan anaknya." ucap Airon
"Aku nangis karena aku khawatir, Ron!" ucap Salsa
"Aku juga sama Khawatir!" seru Airon.
"Aku sama sekali gak ngelarang kamu untuk nangis. Tapi kalau kamu beranggapan kalau aku gak peduli sama Lion hanya karena aku kelihatan jauh lebih tenang dibanding kamu saat menghadapi masalah ini. Kamu benar-benar keterlaluan." ucap Airon emosi
Tangis Salsa semakin menjadi. Harusnya Slasa sadar kalau ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Tapi dengan bodohnya, Salsa malah Berdebat Hebat dengan Airon di dalam Mobil membuat Lian yang sedang tertidur bangun
"Mami, Papi," panggil Lian yang tiba-tiba terbangun karena mendengar keributan.
Salsa segera menghapus air matanya dan menoleh ke belakang. "Ya sayang?"
"Ini dimana? Kok Mami sama Papi teriak-teriak," ujarnya polos sambil mengusap mata.
Salsa menatap Airon yang tampak fokus menyetir dengan rahang mengetat sebelum memberi jawaban pada Lian.
"Gak papa kok. Abang ian tidur lagi aja ya. Nanti kalau udah sampai rumah, Mami bangunin." ucap Salsa
Lian mengangguk dengan mata yang kembali terkatup lantaran masih mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENCI JADI BUCIN/Kisah cinta AIRON dan SALSA
Novela JuvenilMenikah Tanpa Ikatan Cinta Tapi endingnya Bikin Bucin Dan Baper