Chapter 9

2K 241 17
                                    

Palestine lalu mengarahkan sihir pemurnian ke arah Indo. Detik itu juga mata Indo mulai terbuka.

"Serang krist-"

Wushh

Jleb

Boommm

Belum juga Palestine menyelesaikan teriakannya, Indo sudah menembakkan sihir dengan cepat dan tepat ke arah kristal merah kathréftis itu. Mata Palestine membulat. Ia lalu menoleh ke arah Indo yang sudah berdiri di dekatnya dengan salah satu tangan mengarah kedepan.

"Oke." Jawab Indo untuk teriakan Pales tadi.

Sedangkan di luar arena, semuanya terdiam tak percaya. Tak lama kemudian suara demi suara mulai terdengar.

"Aku tidak percaya yang kulihat..."

"Oi oi itu kathréftis loh, bagaimana satu kali serangan bisa..."

"Darimana rumor bahwa anak itu lemah?"

"Aku tidak tau kak Indo sehebat itu."

"Kalau kak Indo bilangpun, kau takkan percaya kan?"

"Diamlah."

'Heh sudah kuduga ia menyembunyikan kekuatannya.'

Di sisi lain.

"Sean, bagaimana cara anakmu melakukan itu?!" Tanya FBI semangat.

"Mana kutahu."

"Caranya menggunakan sihir terbilang hebat sih, dia memperhatikan mana, kecepatan bahkan massa serangan dengan cermat." Ujar UN kagum.

"Kalau dia sehebat itu, kenapa Indo selalu membolos saat di adakan ujian sihir?" WHO heran, biasanya ujian sihir dijadikan ajang untuk pamer kekuatan bagi siswa di akademi.



"Kalau kamu sehebat itu dalam menggunakan sihir, kenapa tidak pernah ikut ujian sihir?" Tanya Pales.

Mereka sedang dalam perjalanan ke tempat 2B .

"Aku selalu ada keperluan saat itu, lagipula ujian sihir dulu kan tidak diwajibkan." Jawab Indo tanpa beban.

Palestine speechless. Para guru yang mendengar speechless. Para murid tak usah ditanya.

"A-ah keperluan mendesak ya..?"

"Tidak juga... pernah waktu itu cuacanya sangat dingin hingga membuatku ketiduran sampai sore."

"Bukannya kamu tinggal di asrama waktu itu?"

"Tidak ada yang membangunkanku sama sekali waktu itu."

Di luar, beberapa murid melirik ke arah bangku yang ditempati Neth, China dan Rusia. Rusia hanya diam sedangkan yang dua menahan malu dan kesal.

"Kak Indo, Pales kalian baik baik saja?" Belarus berlari kearah mereka sambil menggendong Yui dengan Belgium mengikuti dibelakangnya.

"Kami baik baik saja kok..." jawab Pales.

"Maafkan kami ya... kami bahkan tidak membantu sama sekali.." ujar Belgium sesal.

"Santai saja." Ucap Indo sambil mengambil Yui dari gendongan Belarus.

Tiba tiba hutan tempat mereka berpijak berubah menjadi arena akademi.

"Selamat untuk kalian berempat!!, meskipun ada yang terluka, kalian masih bisa mengalahkan monster itu. Untuk Belarus dan Belgium jika ada yang terluka kalian bisa langsung menemui saya." Ujar WHO.

"Baik Bu!" Ucap 2B serempak.

🍀🍀🍀

Indo pulang terlebih dahulu, ia sudah lelah tapi pertandingan masih belum selesai. Setelah memastikan tidak ada jadwal untuk maju, Indo langsung pulang.

Sesampai di gerbang mansion, Indo melihat Jackson dan Aster yang sedang bertarung di halaman depan dengan Asya yang sibuk menyoraki keduanya dan Ana yang frustasi melihat tingkah ketiganya.

"HEI, HENTIKAN TINGKAH KALIAN, DASAR BERANDALAN!!" Teriak Indo. Ia kasian melihat Ana yang menatap kedatangannya seakan melihat dewa.

Setelah cukup lama memisahkan keduanya, akhirnya Indo berhasil membuat Aster dan Jackson berbaris dihadapannya.

"Aster, jangan cemberut dan cepat berjabat tangan dengan Jackson." Ucap Indo pada Aster yang memanyunkan bibirnya.

"Jackson, berhentilah memprovokasi Aster dan cepat jabat tangan Aster." Indo menoleh ke arah Jackson yang menjulurkan jari tengahnya ke arah Aster.

Setelah berjabat tangan keduanya langsung membuang muka.

"Kalian sama-sama salah, berbaikanlah satu sama lain."

"Tuan muda tidak seru." Sahut Asya.

"Babu diam saja." Yang langsung dibalas lirikan sinis oleh Asya.

"Sejujurnya, kau yang berusaha membunuh Aster dengan sabit apalahh itu sudah berlebihan tau." Ujar Indo menatap Jackson.

"Tapi dia juga berusaha membunuh saya setiap saat." Jawab Jackson.

"Aster, kau keterlaluan saat mengganggunya sampai dia begitu. Hahhh... karena dua duanya sama-sama salah, pukul satu sama lain sekali lagi dan anggap saja impas."

"Kalau anda berkata seperti itu saya bisa apa?" Jawab Aster.

"Dengan syarat tidak boleh memakai Aura, Æther, sihir dan tentu saja senjata. Hanya pukulan biasa!" Tambah Indo.

"Tuan muda, pukulan Aster tanpa Aura maupun Æther tidak ada rasanya sama sekali tau."

"Jangan memprovokasinya bodoh!"

"Selain itu..."

"Hiyatttt."

Bugh

Uhukkk

"JACKKK!!"

Indo berteriak, Ana ternganga sedangkan Asya bertepuk tangan heboh.

"Aster pukulanmu seharusnya mengarah ke dada sebelah kiri." Ujar Asya mengomentari. Tampaknya ia memiliki sedikit dendam pada Jackson.

"Akan saya coba di lain waktu."

"APA YANG BARU SAJA KAU LAKUKAN, SIALAN!!!"

"Asya panggil seseorang cepat!!!"

"Maksud anda pengurus pemakaman?"

"Dokter, tabib, healing apapun terserah!!"

"Daripada buang buang uang lebih baik langsung dikubur~ toh akan mati juga." Ujar Aster santai.

"Sir Felix, jika anak ketiga anda mati, putri andalah yang membunuhnya dalam sekali pukulan." Ucap Indo sambil memegang bola kristal komunikasi.

"APA?! KALAU BEGITU... Aster sudah berkembang ya..." Ucap Felix, selaku ayah dari Aster dan Jackson.

'Keluarga gila'

'Jackson aku tidak akan melupakan jasa jasamu...'

'Semoga kau tenang di alam sana...'















































Tidak. Untungnya dia tidak mati. List penderitaannya didunia masih panjang.



Tbc.

EPISTROFI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang