Chapter 66

1.3K 231 110
                                    

"Hah...hah... hah.." nafas Arche terengah-engah. Pedangnya sudah hancur saat menahan serangan aura dari belati Indonesia. Tangannya bertumpu pada lutut. Ia tidak boleh menyerah, ia pasti akan menang sesuai janjinya kepada sang sahabat.

Netra Arche tak sengaja menlihat benda biru bulat yang terjatuh di sekitarnya. Itu adalah benda yang diberikan oleh satu-satunya guru di akademi Horizon yang memihaknya selain Kepala Akademi.

"Gunakan ini jika kau terdesak. Aku harap kau selamat."

Tangan Arche bergerak mengambil benda bulat tersebut. Di pandangnya lama sebelum akhirnya ia melihat Indonesia yang berdiri sembari membawa belatinya.

"Impianku untuk menjadi seorang penyihir belum tercapai..." Arche menggenggam erat benda bulat itu.

"Tidak masalah jika jalan yang harus ku lalui penuh dengan rintangan."

Wushhhhh

Benda itu mulai mengeluarkan cahaya terang. Dan ketika cahaya itu menghilang, sebuah pedang terbentuk di tangan Arche.

'Inilah kesempatan terakhirku.."

"Pedang itu..." Indonesia bergumam lirih.

'Bukannya pedang buatannya Sailendra ya...'

"KALI INI," Arche bergerak lebih cepat dari sebelumnya, mengabaikan rasa sakit yang muncul di setiap persendian tulangnya.

"KAMULAH YANG KALAH!!" Arche mengangkat pedangnya tinggi, seakan-akan hendak membelah seluruh arena.

Saat hendak menghindari serangan itu, sebuah teriakan muncul di bangku penonton.

"NDO!! KAU KALAH, EVIL PINDAH HAK MILIK!!"

"KALAU KAU MENANG, SI ETHAN BAKAL JADI BABUMU SETAHUN!!"

"Matamu!!"

"Plis, kalian malu-maluin." Gabriel menutupi wajahnya dengan sebuah buku yang ia bawa. Teriakan Reinhart dan Ethan membuat seluruh orang mwlihat ke arah mereka bertiga.

Padahal niat Gabriel kesini ingin refreshing dari tugas yang tiada habisnya, namun ia tidak sadar kalau dua monyet itu mengikutinya sampai sini.

"Anak-anak itu..." Geram Alfred melihat tingkah kedua teman Dwipantara, kecuali Gabriel karena dia yang paling waras.

Indonesia tersenyum tipis, ia melihat lurus ke depan, tanpa perlindungan apapun yang terpasang ditubuhnya.

"Anak itu ingin mati?! Kenapa tidak menghindar?" J.E menahan nafasnya. Yang menonton juga sama, tanpa sadar mereka sangat fokus menonton pertandingan antara Arche dan Indonesia.

Arche yang melihat Indonesia tidak bergeming hanya mengerutkan keningnya cemas.

'Dia bisa mati kalau terkena seranganku!!'

'Aku... sudah tidak bisa membelokkannya!'

Saat bilah pedang Arche hendak membelah kening Indonesia, tiba-tiba sebuah kubah yang sempat melindungi Singapore muncul mengelilingi Indonesia.

Kubah itu menahan serangan Arche namun karena Arche yang terus mendorong pedangnya, akhirnya kubah itu retak dan pecah.

Tes

Tes

Indonesia mengabaikan tetesan darah yang mengalir dari bahunya yang sempat terkena serangan dari Arche.

"Beraninya dia..." Aster menggigit dengan ganas daging yang dipegangnya.

"Hei kau menakuti orang-orang bego!!" Hardik Jackson yang melihat beberapa orang menjauhi mereka karena aura membunuh yang dikeluarkan Aster.

EPISTROFI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang