Chapter 37

1.9K 231 74
                                    

Pagi ini diawali dengan hujan deras yang melanda kerajaan. Tidak seperti biasanya, seolah alam sedang tidak baik-baik saja. Termasuk disebuah mansion besar yang biasanya hangat kini menjadi suram.

Di salah satu kamarnya, seorang remaja sedang menggenggam tangan remaja lain yang terbaring diranjang dengan isakan pelan.

"Kamu mengingkari janjimu..."

"Bukannya hari ini kamu berjanji ingin menghabiskan waktu dengan kami? Kamu membohongiku..."

"Kakak... kakak boleh istirahat, tapi kumohon jangan lupa untuk bangun..." gumam remaja laki-laki dengan surai senada dengan seseorang yang terbaring di ranjang.

Singapore menundukkan kepalanya, penampilannya begitu berantakan. Kantong matanya yang menghitam menjadi tanda kalau ia tidak bisa tidur akhir-akhir ini.

Masih terekam jelas dalam benaknya, lima hari yang lalu, kakaknya pulang dengan bersimbah darah digendongan sang pengawal. Ia dan saudaranya yang hendak menyambut sang kakak hanya bisa terpaku melihatnya.

Ia merasa langit runtuh dan jatuh menimpanya. Tapi ia berusaha tetap berdiri, kalau ia terjatuh, siapa yang menjadi sandaran adik-adiknya?

Ia masih ingat wajah ketakutan sang ayah, ayahnya kalang kabut memanggil healer, tabib maupun penyihir yang bisa menyelamatkan sang anak. Mungkin saking paniknya, ASEAN lupa kalau salah satu temannya adalah penyihir penyembuh sekaligus tabib yang hebat.

Disaat para penyihir maupun tabib tidak mengetahui penyebab mengapa sang kakak masih belum bangun meskipun sudah di beri sihir penyembuh, seorang pria misterius muncul dan berkata kalau ia bisa menyembuhkannya.

Iris ocean pria itu mengingatkannya pada iris sapphire sang kakak yang terlihat mirip. Orang itu berkata kalau mana sang kakak tercemar oleh sihir hitam dan membuatnya jadi tidak terkendali dan hampir menghancurkan jantungnya.

Untung saja belum terlambat dan sang kakak masih bisa diselamatkan.

Pria itu mengatakan kalau sudah memperbaiki mana sang kakak hanya tinggal menunggunya bangun. Pria itu juga berpesan kalau kakaknya sedang beristirahat dan akan bangun kalau tubuhnya selesai memulihkan diri.

Singapore kemudian menajamkan matanya ketika ia mengingat alasan kakaknya ini terluka. Aster mengatakan kalau mereka tadinya ingin mencari Nusantara. Aster dan Jackson tidak tahu apa yang terjadi karena mereka berdua ditugaskan Indo untuk menghalangi para monster.

Tapi ketika mereka sampai disana, Indo sudah tergeletak tanpa siapapun disisinya.

'Ini semua gara-gara pangeran itu!!'

Tentu saja Singapore tahu tentang berita itu, tentang Ratu yang di serang oleh Pangeran bungsu. Kabar itu mungkin hanya didengar oleh para Duke.

Singapore kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jam weker di atas meja. Sebenarnya Singapore masih ingin terus menjaga Indo, tapi tugasnya sebagai penerus sudah terbengkalai beberapa hari ini. Jadi mau tidak mau ia harus meninggalkan kakaknya. Ia tidak bisa mengabaikan kewajibanya terus menerus.

"Kakak, aku akan segara kembali, semoga sewaktu aku kembali, kakak sudah membuka mata..." sebelum pergi, Singapore terlebih dahulu mencium kening kakaknya dan menutup jendela agar udara dingin tidak bisa masuk.

Tidak lama setelah Singapore keluar, remaja lain masuk dan mulai merebahkan diri di samping Indo. Tangannya bergerak untuk mendekap tubuh yang lebih kecil agar tidak kedinginan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tidak jauh berbeda dari mansion ASEAN, di sebuah ruangan gelap gulita, terlihat sesosok remaja yang menenggelamkan kepalanya di lutut dengan tangan yang terantai. Isakan dan kata maaf berulang kali terdengar dari bibir pucatnya.

EPISTROFI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang