Chapter 49

1.8K 240 59
                                    

"Alll~ dimana penyihil jahatnya?" Indonesia celingak-celinguk mencari keberadaan penyihir jahat yang dibicarakan Alfred sebelumnya.

"Penyihir jahatnya ada didalam rumah itu." Tunjuk Alfred ke sebuah rumah yang tak jauh dari tempat keduanya.

Alfred dan Indonesia memang sedang bersembunyi di atas pepohonan. Tentu saja si kecil berada di gendongan Alfred.

Deg

Alfred membelalakan matanya ketika merasa sesuatu yang janggal. Ia menajamkan pandangannya.

'Sial! Mereka berkelompok!! Kenapa di laporan tertulis pelaku hanya satu orang.'

"Al?" Panggilan dari si kecil membuat Alfred melembutkan pandangannya sebelum akhirnya menoleh.

"Nee... Dwipantara. Sebenarnya aku ingin sekali mengajakmu untuk mengalahkan penyihir itu bersama-sama. Tapi, aku lupa. Kekuatanku tidak akan muncul jika ada seseorang yang melihatnya." Alfred mengarang cerita dengan lancar, berharap agar si kecil mempercayai bualannya.

"Begitu... lalu apa yang bisa Indo bantu?" Tanya si kecil yang nampaknya percaya akan kebohongan yang dibuat Alfred.

"Tunggulah disini sebentar. Jangan kemana-mana. Kamu bisa menyalurkan kekuatanmu dari sini." Ujar Alfred dengan muka yang dibuat serius.

"Eh, kekuatan? Indo tidak punya..." gumam Indo lirih.

"Kamu salah. Hanya dengan kamu hidup dengan sehat dan aman itu sudah menjadi kekuatan bagi orang disekitarmu." Alfred tersenyum melihat kebingungan anak didepannya.

Russia tersenyum tipis. Dalam hati ia membenarkan ucapan Alfred.

"Indo tidak mengelti..."

"Suatu saat kamu juga pasti mengerti." Alfres tersenyum lebar sembari mengacak-acak surai Indonesia.

"Tunggu disini ya.." Indonesia mengangguk patuh.

Alfred segera turun dari pohon dan berlari masuk ke rumah si penyihir. Matanya menajam, seolah menjadi orang yang berbeda.
.
.
.
.
.
.

"Itu adikku tidak diturunkan dulu gitu?" PKI menatap iba Indonesia yang ditinggalkan Alfred di atas pohon.

"Bocah setan." Umpat ASEAN yang melihat anak kesayangan dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan.

"Udah gila dari dulu ternyata..." gumam FBI miris.

"Oh iya, ada yang ingin ku tanyakan." Indosila menatap NAZI dan USSR.

"Kalian mengenal bibi Kira darimana?"
.
.
.
.
.
.
.

Alfred menatap pintu didepannya sebentar sebelum akhirnya menendangnya sampai roboh.

"SIAPA KAU!!"

Alfred menatap jijik ke arah para penyihir gila itu. Matanya memindai, menemukan 15 penyihir dan satu mayat seorang bocah yang sudah membusuk.

"Ck. Gara-gara kalian aku jadi tidak bisa menunjukkan sisi kerenku pada Dwipantara." Alfred berdecak kesal.

"APA YANG KAU BICARAKAN, MAKHLUK KOTOR!!" Salah seorang penyihir berteriak kepada Alfred.

"Jangan berteriak bodoh!! Makhluk sok suci seperti kalian benar-benar menjijikan." Ujar Alfred dengan sinis.

"BAJINGA-"

DOR

"Bukankah sudah kubilang untuk tidak berteriak." Alfred meniup ujung pistolnya yang mengeluarkan asap.

"HABISI SERANGGA ITU!!"

"Heh..." Alfred menyeringai. Tangannya mengambil pistol lain di sakunya.

"Kemarilah."
.
.
.
.
.
.

EPISTROFI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang