Chapter 31

1.8K 227 29
                                    

Sinar sang surya telah telah menampakkan diri di cakrawala. Suara kicauan burung menambah kedamaian pagi itu. Ditemani dengan segelas susu dan camilan di hari libur ini membuat hidup Indo semakin menyenangkan. Apalagi tanpa gangguan dari adik-adiknya.

'Damai sekali'


Brak!

"Tuan muda!! Tolong pecat saya! Saya sudah tidak mampu bekerja seperti ini lagi!!" Pagi damai itu hancur oleh teriakan Asya yang meminta pengunduran diri pada Indo.

"Sabarlah, oke?" Ujar Indo tersenyum setengah hati.

"Saya sudah tidak sanggup melayani sage Sailendra! Apa beliau manusia?! Daripada manusia, beliau lebih terlihat seperti beban!!" Asya berteriak menggebu-gebu.

Bagaimana Asya tidak kesal, setelah Indonesia memerintahkannya untuk melayani sage Sailendra sementara, hidupnya mulai dipenuhi derita.

Waktu pertama Asya bertemu dengan pria sinting itu, Sailendra sedang merajuk pada Indonesia karena sudah menculik dan membawanya dengan kasar. Makanya, Indo menyuruh Asya untuk menuruti semua kemauan Sailendra sebagai permintaan maaf.

Permintaan Sailendra yang pertama adalah memakan sebuah kerang dari laut di benua Utara dan itu harus sudah siap saat ia makan siang. Asya yang mendengar permintaan biadab Sailendra hampir saja menjatuhkan si sage dari lantai tiga mansion.

Saat kerang itu sudah disajikan, Sailendra tambah ngambek ketika tidak melihat mutiara didalam kerang yang sudah tersaji dipiringnya. Membuat Asya hampir melemparkan pisau yang digunakannya untuk mengupas buah ke kepala Sailendra.

Lalu Sailendra juga meminta minuman dengan rasa yang tak pernah ia cicipi, Asya waktu itu sudah hampir mencekokinya dengan lava panas, namun Aster berhasil menahannya.

Saat sudah seperti itu, Sailendra malah mengatakan sesuatu yang seharusnya tak ia katakan.

"... Kalian memperlakukanku dengan kasar begitu, kalian berkata akan memperlakukanku dengan baik, tetapi kalian bahkan tidak bisa mengerti isi hatiku. Bagaimana bisa aku hidup dengan hati yang dipenuhi luka...?"

"Kalau begitu MATILAH!!" Teriak Asya. Teriakannya membuat Sailendra menutup wajahnya.

"Hei tenanglah kawan.." ucap Aster pada Asya yang hendak mengeluarkan khodamnya.

"Saya mohon maaf tuan sage." Aster berkata dengan senyum diwajahnya. Tapi tidak di dalam hati.

'Tcih, awas saja kalau orang ini tidak berguna. Kujadikan ia makanan peliharaannya si sinting'

*sinting=Jackson

Semakin lama semakin tidak masuk akal permintaannya. Membuat Asya semakin yakin untuk resign dari pekerjaannya. Dan ketika ia mengajukan permohonannya, kenapa Tuan mudanya malah menyuruhnya untuk bersabar. Apa tuan mudanya ingin ia gila?!


"Kalau begitu panggil dia untuk kesini." Indo berkata kepada Asya. Aduh, ia jadi sedikit merasa bersalah pada Asya. Lihat kantung matanya yang hitam itu, sudah sangat terlihat sekali perjuangannya.

"Baik." Dengan ogah-ogahan, Asya pergi memanggil Sailendra.


"Selamat pagi, sage. Apa anda menjalani hari dengan menyenangkan?" Indo bertanya dengan senyum cerah di wajah.

"Tentu saja! Aku sangat betah disini!" Sailendra berkata dengan semangat.

'Anda membuat pekerja saya yang tidak betah'

"Nah apa anda tahu ini?" Tanya Indo mengangkat sebuah dokumen.

"Apa itu?" Sailendra memiringkan kepalanya.

EPISTROFI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang