Chapter 42

1.9K 233 66
                                    

Festival yang diadakan di akademi tidak berakhir di pertunjukan kemarin. Sekaranglah hari yang sangat-sangat Indonesia nantikan. Tidak seperti festival musim semi yang dipenuhi oleh bunga warna-warni, festival akademi ini penuh dengan warna yang terlihat enak.

Festival ini merupakan perayaan atas kerja keras yang telah dilakukan para siswa di ujian sihir kemarin. Semua siswa beserta dengan orang tua mereka berkumpul untuk menikmati festival bersama.

"Lembut sekali..." Nusa menggigit roti dengan binar di matanya. Indonesia hanya tertawa pelan melihat Nusa yang memakan roti dengan belepotan.

Tadi pagi sekali, Indo menemui Nusa untuk mengajaknya pergi ke festival di akademi. Nusa awalnya ingin menolak, meskipun sebenarnya ia ingin sekali ikut, namun keluarga kerajaan belum membolehkannya keluar. Indonesia pun mengajaknya untuk pergi secara diam-diam.

"Indo, ini juga enak. Ayo makan bersama!" Nusa menyuapkan sebuah pie yang langsung diterima Indo.

Indonesia memejamkan matanya ketika merasakan sensasi susu yang meleleh didalam mulutnya.

"Tuan muda ayo coba yang lainnya juga!!" Ujar Aster dengan semangat.

"Hei babi! Kau sudah makan terlalu banyak!!" Ucapan Jackson memicu pertengkaran keduanya.

"Ayo tinggalkan mereka." Ujar Indonesia sembari menarik tangan Nusa.

"Dia adalah penyihir misterius, seorang penyihir keadilan dari korps penyihir pengadilan yang sangat melegenda."

Indonesia dan Nusa menoleh ke arah sebuah stan yang banyak dikerubungi oleh anak-anak.

"Lalu dimana penyihir keadilan itu?" Seorang anak kecil bertanya kepada sesosok remaja yang bercerita.

"Kabarnya dia menghilang dari korps penyihir pengadilan karena sebuah penyesalan yang amat besar."

"Apa dia siswa akademi ini?" Tanya Nusa kepada Indonesia.

"Iya, kalau tidak salah ia adalah siswa tahun kedua."

"Aku tidak menyangka seseorang yang terkenal misterius dan pendiam ternyata menyukai dongeng anak-anak." Ujar Indonesia menghampiri Romany setelah anak-anak itu pergi.

"Itu bukan dongeng, itu adalah kisah nyata." Ujar Romany sembari menata buku-buku yang baru dibaca oleh anak-anak tadi.

"Boong banget. Itukan cerita yang ada di buku dongeng penyihir yang hebat." Cibir Indonesia membuat pemuda vampire itu memelototkan matanya.

"Ssttt-" Romany dengan cepat membekap mulut Indonesia.

"Kau mau merusak imajinasi mereka?!" Tanya Romany dengan kesal.

"Dan asal kau tahu saja ya! Penyihir keadilan itu benar-benar ada!! Aku pernah bertemu dengannya dulu." Tambah Romany membuat Indonesia memutar bola matanya.

"Kau begitu menyukai anak kecil ya..." ujar Indo ketika melihat Romany dengan mudahnya akrab dengan para anak-anak. Padahal bisanya ras vampire adalah ras penyendiri, tapi Romany sekarang malah membuka stan membaca.

"Berisik!"

"Omong-omong kau juga tahu dongeng penyihir yang hebat itu ya?" Dengan sekejap Romany merubah ekspresinya.

"Tentu saja. Itu dongeng favoritku." Ujar Indo sembari tersenyum kecil.

"Hiks... akhirnya. Dari dulu aku mencari orang yang tahu dongeng itu, tapi tak satupun dari mereka yang tahu." Ujar Romany dengan terharu.

"Iya. Dongeng itu memang jarang diketahui orang."

Tak butuh waktu lama untuk kedua orang itu mengakrabkan diri. Romany yang asik bercerita dan terkadang ditimpali Indonesia dengan semangat, membuat Nusa yang tak paham apa yang mereka bicarakan hanya terdiam.

EPISTROFI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang