"Lo emang selalu gini, ya?"
"Gini gimana?"
"Akrab sama cowok lain selain gue."
"Lah, emangnya nggak boleh?"
"Jangan ngobrol sama cowok lain selain gue."
"Punya hak apa lo ngatur-ngatur gue? Bokap gue bukan, pacar juga bukan. Lagian mau temenan sama siapapun apa urusannya sama lo?"
"Nurut atau gue...."
"Iya, iya, ah."
"Iya apaaa?"
"Iyaaa, gue nurut. Puas?"
•
"Kalo lo nggak suka sama seseorang, dia ngungkapin perasaannya, jangan lo nolak dengan cara gitu. Tapi dengan cara halus dan nggak nyakitin. Lo nggak tau, kan, isi hatinya kayak gimana?Tuhan maha membolak-balikkan hati manusia, bisa aja di lain waktu justru lo sendiri yang ngejar-ngejar dia. Awas nyesel."
•
•
•"PADAHAL, kan, bokap lo pengacara? Harusnya lo minta bantuan bokap lo, dong, biar nggak jadi diskors?"
"Oma gue nggak ngebolehin."
"Eh, Re, lo tahu nggak?"
"Apaan, dah? Rel, lo kalo mau nelpon, inget situasi dan kondisi, dong. Udah malem, nih. Ngantuk."
Tawa terdengar dalam telepon. "Oke, oke, deh, langsung ke intinya, lah, ya?"
Rea menghela nafas malas. Mulutnya terlalu malas terbuka untuk berkata-kata lagi. Cowok gabut itu selalu menelponnya malam-malam, mengajaknya mengobrol hal yang random kalau kesepian. Farel memang lumayan asyik diajak curhat, sih. Tapi kali ini Rea memang benar-benar sedang tidak mood.
"Skors lo diralat. Besok, lo udah bisa masuk."
"What?!" Otomatis, tubuh Readitegakkan setelah bersender di punggung ranjang. "Lo nggak usah ngarang cerita, deh, Rel. Mana mungkin?"
Lagi-lagi Farel tertawa, entah karena dia telah berhasil memperdaya Rea, atau memang dia sudah gila.
"Tuh, kan! Bohong lu!"
Tawa Farel bagi Rea selalu ngeselin. Tidak menenangkan justru merusakkan. Yah, walaupun cukup menghibur.
Perlahan tawa Farel mereda, digantikan dengan nada serius."Eh, seribu rius, Re. Ini beneran nggak bohong. Pokoknya ada, lah..., yang bikin lo nggak jadi diskors. Gimana? seneng nggak?"
"Sama sekali enggak, tuh," sahut Rea malas. "Emang malaikat mana yang tiba-tiba ngerubah pikiran kepsek? Gue nggak mau, ya, ketipu lagi sama lo. Udah cukup hari itu gue kena tipu lo. Gara-gara lo, gue hampir dihakimi warga, tau nggak?"
Farel lagi-lagi tertawa teringat peristiwa yang dimaksud Rea.
"Oh, oh, gue inget, gue inget. Yang waktu itu gue ngira kalo motor Nata mau diambil orang itu, kan? Terus, ternyata orang itu tukang servis suruhan Nata, yang emang disuruh buat ngambil motornya itu, dan dengan begonya lo yang lebih panik, lari-lari mau ngejar tukang servis." Farel ngakak di akhir ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...