47 | Kegiatan Baru Nata

114 65 2
                                    

NATA tidak pernah sekalipun mau menerima atau menggunakan uang dari ibunya yang selalu ada di laci nomor tiga dari atas sebelah tempat tidur. Luka lama masih belum sembuh sampai sekarang. Semua itu masih berbekas dalam benaknya. Bukan hanya tidak mau merepotkan Ibu, Nata memang paling tidak suka ibunya hanya meninggalkan uang. Karena yang Nata butuhkan bukan uang, tapi sederhana, cukup satu; waktu luang.

Waktu luang bertemu Ibu. Waktu luang bertemu Ibu seperti sharing cerita-cerita kesehariannya, mimpi-mimpinya, atau bahkan kisah cinta, apapun itu. Apapun asalkan dia berada di dekat Ibunya seperti teman-temannya yang lain. Tapi, semua itu hanya mimpi bualan. Karena setiap Nata dan ibunya bertemu, selalu akan ada dua api yang saling bertabrakan.

Nata butuh uang, tapi bukan dari ibunya yang dia harapkan. Jadi, sekarang dia memutuskan untuk mencari uang itu sendiri tanpa bala bantuan.

Sudah tiga minggu belakangan ini, diam-diam, pemuda itu mengantar delivery dari restoran Kentary Chicken. Biasanya, jam 8 malam selesai, berganti shift. Tapi laki-laki itu masih lanjut bekerja di kafe hingga larut malam atau dini hari dia baru bisa pulang kalau pelanggannya banyak.

Bayarannya lumayanlah, bisa untuk membeli makanan atau keperluan lain. Padahal, memilih pulang ke rumah lebih baik daripada repot-repot bekerja sedangkan dia masih pelajar, kan?

Hari itu, sekolah dibubarkan lebih awal karena guru-guru akan rapat. Jadi Nata punya banyak waktu luang untuk bekerja. Sebenarnya, mata Nata kalau di sekolah tidak bisa diajak bekerjasama, susah ditahan agar terus terbuka hingga dia selalu kena tegur guru—ralat, memang sering kena tegur guru bukan hanya karena tidur saat jam pelajaran. Tapi, tidak biasanya Nata tidur saat jam pelajaran. Yang biasanya tidur saat pelajaran justru Rea, bukan dirinya.

Laki-laki itu tetap terlihat bersemangat saat sibuk dengan pekerjaannya. Dia selalu bersikap ramah saat sampai di rumah orang-orang yang memesan makanan.

Nata mengetuk-etuk pintu rumah pelanggan terakhir nomor tiga. Makanan yang harus diantarnya sisa dua lagi. Pintu itu terbuka dalam ketukan ke tiga. Yang muncul seorang anak kecil laki-laki sekitar 8 tahunan. Nata tersenyum lebar, terlihat menyenangkan.

"MAMAAAA! ADA PAKEEEET!"

Anak itu berteriak, dan respons mamanya menyuruh anak itu untuk menerima saja karena sudah dibayar.

Nata berjongkok menyamakan tubuhnya dengan tubuh anak itu. Anak itu menatap Nata sedikit takut.

"Kamu mau permen?"

Anak itu mengangguk-angguk antusias sebelum menyaksikan Nata merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan dua permen genggam. Permen itu disodorkan bersamaan dengan pesanan Mama si anak.

Anak itu keliatan antusias menatap permen itu. Baru dia sekarang sudah tidak takut lagi menatap Nata. "Makasih, Bang!"

Nata bangkit sambil mengacak-acak rambut anak itu gemas. "Abang pergi dulu, ya?"

Anak tadi melambaikan tangan saat motor PCX yang entah milik siapa Nata kendarai meninggalkan pekarangan rumah itu.

Terik matahari membuat wajah Nata sedikit memerah karena helm yang dipakai adalah helm khusus dari restoran, tanpa kaca. Dia lupa, kapan terakhir kali menjumpai Rea selain di sekolah?

Entah kenapa, gadis itu mendadak muncul di pikirannya, membuat senyum Nata tercetak. Motor yang Nata kendarai, kini bukannya dibelokan ke arah rumah pelanggan selanjutnya, justru menuju ke suatu tempat.

Ngaret bentaran demi melepas kerinduan bukan masalah besar, kan?

•••

Sebentar lagi, sekolah akan UAS. Dan, bukannya Rea mencari-cari buku, atau searching bahan belajar di internet untuk persiapan UAS, justru gadis itu menghabiskan waktunya di rental komik. Ya, UAS itu hanya kedok saat Omanya bertanya dia akan pergi ke mana. Jadi, Rea mendapat izin saat dia beralasan akan ke perpustakaan kota bersama Karin untuk belajar persiapan UAS dengan bukti ada di tasnya. Padahal kenyataannya dia pergi sendiri.

NATAREL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang