"RE!"
Panggilan itu membuat langkah Rea yang sedikit terburu-buru, otomatis melambat. Dia baru saja memakai jaket denim hitam dengan ransel dirangkul di satu pundak, dan satu tangan lain membawa boba redvelvet favoritnya.
"Kenapa? Mau bayar utang?"
Nata yang berjalan di sisinya mengerutkan kening sebentar. "Dih, kapan gue ngutang ke elo?" Tatapannya jatuh ke sepatu Rea yang tidak terikat sebelah. Dia pun berjongkok untuk memperbaikinya tanpa sepatah kata.
Otomatis Rea menunduk dan berkedip sambil menyeruput bobanya sebentar. "Ya terus?"
"Ada hal penting yang mau gue omongin sama lo." Begitu selesai, Nata kembali berdiri, menatap persis di mata gadis itu.
"To the point, lah, Nat." Rea menatap jam tangannya di pergelangan tangan kiri. "Gue buru-buru, nih. Mau ke pameran." Lalu menatap Nata kembali.
Mendadak ekspresinya berubah terkejut saat Nata tiba-tiba mencekal satu pergelangan tangannya yang membawa boba hingga otomatis bobanya terjatuh, airnya memuncrat, dan isinya berceceran di bawah kaki mereka.
Keduanya saling beradu tatap beberapa detik sebelum Nata melanjutkan, "Jadi cewek gue."
Hening.
Keduanya tidak berkedip. Rea masih menunggu kelanjutan.
"Bukan settingan lagi, tapi pacar beneran," lanjut Nata dengan nada serius.
Nada yang baru pertama kali ini terdengar serius di kedua telinga Rea, tapi justru tiba-tiba gadis itu tertawa terbahak-bahak sambil setengah membungkuk, otomatis cekalan terlepas waktu Rea menumpu kedua telapak tangannya di kedua lutut.
Nata memasang raut tidak mengerti, kenapa Rea justru menertawainya? Apakah di kalimatnya tadi ada yang lucu?
Nata sebenarnya tidak menyiapkan kata-kata yang lebih romantis, dia tidak ahli seperti ini. Bisa dibilang, ini adalah pertama kalinya Nata mengungkapkan perasaannya kepada seorang gadis. Biasanya, kebanyakan para gadis sendiri yang mengungkapkan perasaannya terang-terangan.
Apa mungkin ini yang membuat kalimat Nata ditertawakan Rea?
Tawa gadis itu mendadak terhenti dan menoleh, menatap Nata tajam. Mendadak ekspresinya berubah seratus delapan puluh derajat. "Lo lagi mau coba buat ngerjain gue? Terus baru lo bisa ngetawain gue sepuasnya karena udah ngira lo serius, kan? Basi!"
Bukan Rea namanya kalau gampang ditipu. Gadis itu berbalik melanjutkan langkah, tapi Nata tidak mungkin melepaskannya begitu saja. Cowok itu mengejar dan menarik satu pergelangan tangan Rea lagi, otomatis langkah Rea lagi-lagi dipaksa berhenti.
Rea terlihat sedikit marah.
"Apa raut gue keliatan kalo gue lagi berusaha ngelucu?"
Rea tidak menemukan raut berbohong di mata Nata. Jadi... itu benar?
"Lo kira gue nggak serius ngomong kayak tadi? Gue serius, Re! Gue emang suka sama lo dari dulu!"
Rea terlonjak mendengar nada Nata yang sedikit membentak.
Nata menelan ludah. "Lo boleh menilai gue jelek. Gue emang nggak sehebat cowok lain yang bisa nyiapin kata-kata romantis buat nembak. Gue tanya sekali lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...