"JADI, selama ini, Nata pura-pura sakit di depan lo, biar dapet perhatian lo?"
"Hm." Kedua tangannya sudah dilipat di depan dada, Rea duduk di sebelah Febby, di salah satu bangku taman sekolah.
Satu tangan Febby memegang cone es krim yang sudah dinikmati.
Sekolah saat itu belum seramai waktu jam istirahat seperti biasanya karena tidak semua kelas yang diperbolehkan istirahat sekarang. Tapi kebetulan sekali jam istirahat kelas yang ditempati Rea dan Febby waktu istirahatnya bersamaan.
Febby nyaris tertawa. "Gue nggak ngerti. Kenapa, ya, tuh anak bisa segila ini kalo sama lo? Dia tadi malem juga sebenarnya udah cerita, sih."
Rea menatap Febby dari samping, memperhatikan gaya bicaranya sambil menikmati es krimnya. Febby tidak seburuk yang orang lain pikir. Gadis itu tidak begitu jahat, mungkin jahat hanya untuk beberapa orang, sementara sikapnya yang ini hanya untuk orang-orang tertentu.
Menurut Rea, Febby itu easy going, mudah akrab juga dengan siapa saja-kalau orang itu tidak mencari masalah duluan dengannya. Dia tidak kalah juga sifatnya dengan Rea yang sama-sama galak.
Sepertinya... mereka sebelas-duabelas, bukan?
Minus-nya, Febby itu suka kentut diam-diam. Rea pernah mendengar ceritanya dari Nata.
Katanya, dulu waktu mereka masih pacaran, Febby pernah meminta Nata mengajarinya mengendarai mobil. Bisa dibilang waktu itu mobil Febby masih baru, dan Febby belum bisa mengendalikannya dengan baik.
Tidak disangka-sangka, biarpun mobil itu baru ternyata remnya sudah blong saja di tengah-tengah mereka berdebat.
Perdebatan diawali ketika Febby mengendarai mobil kelewat santai. Bahkan cewek itu mengambil kesempatan melepas kedua tangannya untuk mengambil kacamata hitam dan sapu tangan di tas untuk bergaya-bukannya menggunakan kesempatan itu sebelum berkendara.
Jelas semua itu membuat Nata mengomelinya habis-habisan karena stir dibiarkan menganggur begitu saja. Dengan paniknya, Nata yang mengendalikan stir di posisi yang sama sebelum Febby kembali mengemudi dengan santai.
Lebih konyolnya lagi, mobilnya menabrak sebuah alat penghalang kendaraan di kawasan yang akan dibangun sebuah perumahan-waktu itu tanah masih lapang, tapi sudah ada beberapa alat penghalang masuknya kendaraan.
Ide Nata menyuruh Febby untuk keliling tanah lapang itu sampai mobilnya kehabisan bensin, dengan begitu mereka akan selamat dari rem blong.
Di tengah-tengah berkeliling, Febby mulas ingin buang angin. Karena malu dengan Nata di sampingnya, dan tidak ingin merusak image di depan cowok itu, Febby memutar otak, mencari ide. Idenya adalah menekan tombol klakson persis saat angin dari perutnya keluar, maka suaranya akan disamarkan dengan bunyi klakson itu.
Otomatis Nata saat itu hanya terkejut, tidak sadar. Yang disadarinya setelah itu hanya bau tidak sedap. Febby juga tidak mengaku sama sekali. Cewek itu terus-terusan menekan tombol klakson persis saat buang angin, begitu pula Nata yang terus-terusan mengomelinya karena tidak tahan dengan bau tidak sedapnya.
Pengalaman itu adalah pengalaman terkonyol yang tidak akan terlupakan oleh Nata dan Febby. Diceritakan seperti itu, jelas Rea tidak berhenti terbahak-bahak saking konyolnya.
Kembali ke cerita sebelumnya, Febby melanjutkan, "Rea, lo tahu nggak, sih, lo cewek yang beruntung?"
Rea tersadar persis saat es krim Febby habis. "Beruntung gimana?"
"Bisa disukai sama cowok kayak Nata."
Rea tertawa sumbang. "Pas lo pacaran sama dia lo ngerasa beruntung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...