"Semua orang pasti pernah membuat kesalahan. Tapi kesalahan itu jangan sampai menghambat kita di masa depan."
•
••
"LEPASSSIN! Sakit! Lo mau bawa gue ke mana, sih?"
Tadi, saat Violet sedang asik-asiknya bersenda gurau dengan dua sahabatnya, Rea tiba-tiba datang dan menariknya tanpa berkata apa-apa. Jelas hal itu membuat tanda tanya di dahi Violet beserta dua sahabatnya. Rea juga sempat mengancam dua sahabatnya agar tidak mengikuti atau membantu Violet.
Violet didorong masuk paksa oleh Rea ke dalam kelas kosong lantai paling atas, jauh dari keramaian. Pintu itu ditutup rapat. Kebetulan tidak bisa dikunci karena rusak.
Jadi, untuk berjaga-jaga, Rea berdiri di belakang pintu. Melipat kedua lengannya di dada, dan menatap tajam mata Violet yang menatapnya setengah bingung tidak paham. Violet mengelus-elus lengannya yang terasa panas akibat cengkeraman tadi.
"Kenapa, sih, lo narik-narik gue kayak gitu, Rea? Ada masalah apa?"
"Sekarang lo jujur sama gue, deh, Let." Rea menahan untuk tidak mencakar-cakar wajah sok polos yang Violet tunjukkan. "Cewek yang di foto bareng Nata itu elo, kan?"
Dahi Violet berkerut tidak menyangka Rea sekarang berubah tidak mempercayainya.
"Lo dihasut sama cowok lo? Kenapa sekarang lo ada di pihak dia? Hari itu gue lagi ada acara keluarga, jadi-"
"Setiap kali gue ke apartemen Nata," potongnya cepat, tidak ingin mendengar dustaan yang keluar dari mulut Violet lagi, "...gue udah hafal, apa aja yang gue temuin di sana."
Dia maju selangkah hingga ujung sepatunya nyaris menyentuh ujung sepatu Violet. "Termasuk... lukisan di deket sofa yang sama persis kayak yang lo posting di IG," bisiknya tepat di telinga Violet.
Dada Violet seketika mencelos. Diam-diam menelan ludahnya tegang. "Ya terus? Masalahnya sama gue apa?" Walaupun begitu, dia tetap berusaha terlihat tenang.
"Ya itu permasalahannya!" Rea mendelik . "Lo pinter-pinter dikit, lah, kalo mau jebak orang. Jangan cuma menang cantiknya doang." Dua jari Rea bergerak menyentil helaian rambut Violet yang sedikit bergelombang.
"Oh, ya?" Violet balas maju hingga ujung sepatunya bersentuhan dengan ujung sepatu Rea. "Buktinya lo juga menang cantik doang, tapi nggak punya otak." Satu telunjuknya menunjuk sisi kepalanya sebentar dengan tajam.
Rea menggertak, refleks menarik kerah Violet kuat-kuat hingga gadis itu sedikit berjinjit. Menahan keinginan untuk menonjoknya karena sudah berani mengatainya, tapi begitu dia teringat tujuan awalnya bukan itu, perlahan melepas kerah Violet. Dan gadis yang lebih mungil dari Rea itu kembali menapak lantai.
Sekarang Rea meraih ponsel, menunjukan sebuah foto yang kemarin dia ambil saat bersama Nata, membuat Violet membulatkan matanya tidak percaya saat Rea menunjukkan foto itu tepat di depan mata.
Rea mendengus geli begitu menyadari raut tegang dari Violet kali ini, sebelum menurunkan ponselnya puas.
"Sekarang lo mau apa kalo gue sebarin foto ini, dan bikin rumor kalo lo pacaran sama Om-om?"
Kedua tangannya terkepal, Violet berusaha merebut ponsel Rea. Tapi seolah bisa membaca pikirannya, Rea menghindar lebih dulu.
"Hapus nggak? Lo nggak tahu apa-apa!"
"Eitsss, nggak kena, wkwkwk."
Gelak tawa jahat Rea terdengar nyaring di ruangan itu. Tangannya sibuk menjauhkan ponselnya dari Violet main-main. Violet terlihat ketakutan, tremor abis, setengah kesal karena tidak bisa menggapai ponsel sinting itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...