TUJUH: Sial

334 28 12
                                    

Hewloooo!!!

Ko belum ramaii nih ceritanyaa?? Memanggil seluruh fans keluarga Surendra keluar!!

Selamat membacaa yaaa<3

******

Aksi heroik Zecapella membantu Genzano melarikan diri dari paspampres tentu saja tidak berhasil dengan mudah. Setelah menyadari kepergian tuan mudanya, para paspampres itu meninggalkan Zecapella begitu saja di pinggir jalanan membuat Zecapella menggerutu. Bahkan Zecapella sempat dimarahi oleh salah satu paspampres itu ketika ia tidak kunjung menjawab kemana Genzano pergi.

Dan di sinilah Zecapella berakhir. Berjalan sendirian di tempat yang Zecapella juga tidak tahu dimana. Bodohnya Zecapella tidak sempat bertanya pada paspampres tersebut tentang arah jalan pulangnya.

Sial kesekian kalinya. Zecapella mengumpat ketika melihat ponselnya yang sudah mati total. Zecapella mengeluarkan sumpah serapahnya yang entah ia tujukan pada siapa.

Sial selanjutnya adalah karena hari sudah petang. Matahari sudah terbenam. Meninggalkan Zecapella yang hanya ditemani lampu jalanan yang juga hanya sedikit yang menyala.

"Anjing emang," gerutunya sambil menendang batu-batu kecil yang ia temukan.

Tetapi sesungguhnya ia tidak tahu harus mengumpat pada siapa. Apakah pada Genzano? Sedangkan lelaki itu pergi dengan alasan yang jelas. Mengingat hal itu, Zecapella menghembuskan napasnya. Ia sungguh ingin tahu keadaan Arbale. Apakah sahabatnya itu baik-baik saja?

Zecapella menggeleng pelan. Ia melupakan sial selanjutnya adalah tas sekolahnya yang ia tinggal di mobil Genzano. Membuat Zecapella kini hanya berdiri bersama seragam sekolahnya dan ponsel di tangannya yang sudah mati total.

Zecapella kembali mendecak. Memang hari sial tidak ada di kalender!

Zecapella kembali berjalan. Matanya yang biasanya segar di jam segini perlahan mulai mengantuk membuatnya kembali mendecak. Sudah tidak terhitung berapa kali gadis itu mendecak kesal.

Selanjutnya, mata gadis itu berbinar ketika mendapati warung yang menjual mie instan. Perutnya yang lapar mulai meronta. Ia bahkan tidak mempedulikan bahwa ia tidak membawa sepeserpun uang bersamanya.

Otaknya mengatakan bahwa pasti di sana ada orang yang bisa menolongnya. Minimal semoga mereka mengingat wajah Zecapella yang baru saja mendapat skandal bersama putra presiden.

Mengingat itu, Zecapella meringis. Mengapa hal buruk yang harus diingat orang lain tentangnya?

Tak peduli, Zecapella mempercepat langkahnya. Ketika memasuki warung tersebut, ia tersenyum mendapati satu orang bapak yang melayani dan satu lelaki lagi yang merupakan ojek online.

"Pak!"

Sangking bersemangatnya, suara Zecapella membuat kedua bapak-bapak itu terkejut.

"Bikin kaget aja neng," keluh bapak yang melayaninya. "Mau pesan apa neng?"

Zecapella tersenyum. "Mie gorengnya, double ya Pak! Telurnya juga dua,"

Bapak itu menggeleng. "Anak sekarang porsi makannya bar-bar juga ya," ucapnya membuat Zecapella terkekeh.

Zecapella menoleh pada pria di sampingnya. Pria itu sedang menikmati bubur kacang hijau dengan santainya.

"Pak, nggak punya charger untuk hape ini ya?"

Pria itu menengok lalu menggeleng. "Hape neng kebagusan," jawab pria itu dengan santai membuat Zecapella meringis.

"Kalau saya pinjam hapenya sebentar buat nelepon orang rumah, boleh nggak pak?" tanya Zecapella.

EVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang