Kembali lagi yuhuu...
VOTE DAN COMMENT DULU SEBELUM MULAI MEMBACA BAB INI!
Selamat membaca, semogaa sukaak<3
******
Jantung Zecapella berdebar. Matanya menatap punggung Genzano di hadapannya. Lelaki itu berjongkok. Menunggu Zecapella naik ke punggungnya.
"Ayo gue gendong. Gue nggak mau lo jatuh lagi,"
Mengingat ucapan lelaki itu membuat pipi gadis itu kembali memerah. Ia berdeham sembari melihat punggung lelaki itu yang lebar. Terlihat sangat nyaman.
"Berapa lama gue harus nunggu nih?"
Zecapella mengerjapkan matanya lalu mengangguk. "Sabar," ucapnya pelan.
Perlahan Zecapella beranjak naik ke punggung Genzano. Tangannya melingkar di leher lelaki itu. Memberi jarak agar lelaki itu tidak tercekik.
Dengan hati-hati Genzano mendirikan badannya. Tangannya ia gunakan untuk menumpu belakang lutut Zecapella.
Zecapella meringis membuat Genzano langsung menatap gadis itu. "Ada yang sakit?"
Zecapella menggeleng. "Gue berat banget ya? Kayaknya berat badan gue naik deh,"
Sontak Genzano terkekeh. "Apa sih? Kenapa jadi berat badan?" tanya lelaki itu.
Genzano dapat merasakan Zecapella menenggelamkan wajah gadis itu ke lehernya. Hal itu membuat Genzano berdeham. Menetralisir degupan jantungnya. Perlahan ia berjalan meninggalkan ruang kesehatan dengan hati-hati. Tas gadis itu ia kalungkan di lehernya, sementara tasnya ia biarkan menggantung di bagian depan badannya.
Sebenarnya lumayan berat. Menopang tubuh Zecapella dan dua tas cukup membuat Genzano berkeringat. Namun, lelaki itu tetap berhati-hati dalam melangkah. Tidak ingin membuat Zecapella jatuh.
"Gue harus diet,"
Kening Genzano berkerut mendengar suara gadis itu yang lirih.
"Kenapa?"
Zecapella menggeleng. "Pasti berat banget ya, gendong gue kayak gini?"
Genzano menggeleng pelan. "Buat apa gue olahraga selama ini kalau begini aja kesusahan?"
Zecapella mendengus. "Jadi lo olahraga supaya bisa ngangkat karung beras kayak gue?"
Genzano tertawa. Tawanya menular pada Zecapella yang ikut terkekeh.
"Lo bilang karung beras? Ngangkat lo kayak gini cuma berasa kayak minyak goreng dua liter,"
Zecapella menepuk punggung lelaki itu dan tertawa. "Ringan banget dong gue?!"
Genzano terkekeh. "Makanya nggak usah diet-diet. Badan lo udah ideal,"
Zecapella menggeleng pelan. "Tetap aja—"
"Hush," potong Genzano agar Zecapella tidak lagi mengeluhkan soal tubuh gadis itu.
Zecapella kembali menenggelamkan wajahnya di leher lelaki itu. Masih banyak pasang mata yang memandang ke arahnya. Apalagi posisinya yang kini digendong oleh Genzano. Pasti hal ini mengundang pertanyaan bagi murid-murid sekolahnya.
"Lo tahu siapa yang umpatin tongkat lo?"
Zecapella menggeleng. "Gue tidur. Pas bangun udah nggak ada,"
Genzano menghembuskan napasnya. "Kira-kira siapa?"
Kening Zecapella berkerut. Mencoba berpikir. "Nggak tahu. Perasaan gue nggak punya musuh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...