HAIII pembaca setia vivieyooo!
Gimana kabarnya hari ini? Udah semangat mau baca EVERMORE yaahh??
sebelum baca VOTE dulu dan penuhin kolom komentarnyaa yaaww
selamat membacaa, enjoyyy<3
******
Mata Zecapella terbuka. Telinganya mendengar kasak-kusuk riuh yang sekitarnya lakukan. Begitu pandangannya semakin jelas, yang dapat dilihatnya pertama kali adalah langit-langit kamar berwarna putih.
Pendengerannya semakin jelas, kepanikan bercampur kekhawatiran mulai terdengar masuk dalam telinganya.
"Sayang?"
Zecapella mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia dapat langsung merasakan dinginnya stetoskop di dadanya, cahaya terang menembus matanya.
Zecapella melirik. Ia langsung menghembuskan napasnya ketika mendapati Havana, mamanya sedang memeriksanya.
Havana mengenakan pakaian lengkapnya sebagai dokter. Memeriksa Zecapella dengan hati-hati. Lambat gadis itu coba memutar pandangannya.
Ruang rawat kelas VVIP itu dipenuhi keluarganya, dan Genzano serta Arbale yang berdiri jauh di dekat pintu.
Zecapella dapat merasakan usapan lembut pada rambutnya. Usapan dari Agrio, papanya.
"Ada yang sakit Zee?" tanya Havana masih memeriksanya.
Zecapella menggeleng lemah. Ia dapat melihat Safarez yang mengerut kening marah dari sudut matanya. Ia juga melirik ke arah Genzano dan Arbale yang berdiri jauh di ujung pintu. Kedua lelaki itu tampak tidak baik-baik saja. Keduanya babak belur dengan beberapa luka di sekitar wajah dan darah di seragam keduanya.
Pandangan Zecapella beralih pada Cherelle dan kedua orang tuanya yang juga memandangnya khawatir.
"Sayang? Ada yang sakit?" lagi, Havana memanggilnya membuat Zecapella kembali menggeleng lemah.
"Haus," ucap gadis itu dengan pelan membuat Agrio dengan sigap langsung mengambil satu gelas air putih lengkap dengan sedotannya. Memudahkan Zecapella untuk minum dengan kondisinya yang masih terbaring kaku.
Havana menghembuskan napasnya melihat putrinya dalam kondisi mengenaskan. Jantung wanita itu hampir saja copot begitu mendapati panggilan darurat dari IGD yang mengatakan putrinya datang sebagai korban kecelakaan. Untung saja hari ini pasiennya hanya pasien rawat inap dan tidak ada jadwal bedah membuat Havana dapat langsung berlari menghampiri putrinya untuk mengecek kondisi putrinya. Napasnya sesak mengingat betapa mengenaskannya kondisi Zecapella yang sudah tidak sadarkan diri tadi. Langsung saja Havana memerintahkan staf rumah sakit untuk menghubungi suaminya dan mertuanya. Mengatakan untuk memberi tahu kondisi Zecapella yang sangat jauh dari kata baik.
Zecapella kembali mengerjapkan matanya. Ia menatap Havana. "Kaki Zee sakit,"
Havana menghembuskan napasnya. Mendekatkan wajahnya pada putrinya lalu mengangguk. Ia mengusap rambut putrinya.
"Pergelangan kaki kanan Zee patah. Sudah teman mama periksa kemarin. Sementara Zee belum bisa berjalan normal dulu sampai kaki Zee sembuh ya," ucap Havana dengan lembut.
Zecapella menghembuskan napasnya lalu mengangguk. Matanya menatap reyangnya yang kini berjalan mendekat.
"Siapa yang buat cucu reyang jadi seperti ini?"
Zecapella menelan ludahnya. Tatapan reyangnya sangat tajam. Seperti memendam marah terdalam melihat kondisi cucunya.
"Reyang, Zee—"
"Jangan banyak alasan. Reyang serius dengan ucapan reyang,"
Agrio menghembuskan napasnya. Pria itu mengangguk dan menatap putrinya dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...