Haii haii haiii...
Selamat datang kembali di EVERMORE!
Bagian apa yang paling kalian tunggu di cerita ini? Komen di bawah!
VOTEEE DULUUU YUKKKK GUYSSS..
Selamat membacaa, enjoooyyy <3
******
Pintu kamar yang diketuk berulang kali membuat mata gadis itu membuka. Gadis itu mendecak. Melirik ke arah jam kecil di samping tempat tidurnya. Pukul 5 sore. Memang selepas pulang sekolah tadi, gadis itu langsung merebahkan dirinya di tempat tidur hingga tidak sempat berganti pakaian. Mungkin hari ini adalah hari yang melelahkan bagi dirinya.
"Non Cher, ada tamu non,"
Panggilan itu membuat Cherelle menghembuskan napasnya dan berdecak. Siapa juga yang bertamu ke rumahnya di waktu menanggung seperti sekarang?
Mau tidak mau, gadis itu terpaksa membangunkan tubuhnya. Mengusap wajahnya yang berminyak dan kembali menghembuskan napasnya kesal.
Begitu pintu dibuka, Cherelle dapat melihat salah satu asisten rumah tangganya yang tersenyum tipis dan menunduk.
"Anu... ada tamu nyariin non,"
"Siapa?" tanya gadis itu membuat asisten rumah tangga itu berdeham.
"Itu non, anaknya pak presiden,"
Kening Cherelle berkerut. Untuk apa Genzano mendatangi rumahnya sekarang?
Cherelle hanya menghela napasnya lalu menatap asisten rumah tangganya. "Suruh tunggu di ruang terima tamu aja,"
Asisten rumah tangga itu berlalu meninggalkan Cherelle yang kembali memasuki kamarnya. Gadis itu menatap pantulan dirinya sendiri di kaca. Kembali menghela napasnya dan bergumam,
"Ya udahlah. Genzano doang," ucapnya tanpa merapikan penampilannya yang acak-acakan selepas bangun tidur.
Cherelle mengambil ponselnya dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ruangan khusus untuk penerimaan tamu. Memang, dikarenakan reyangnya sering menerima tamu-tamu penting, rumah mewah ini menyediakan ruangan khusus untuk penerimaan tamu agar tidak perlu bercampur dengan ruangan khusus keluarga.
Begitu sampai di sana, Cherelle dapat melihat Genzano yang duduk sembari memainkan ponselnya, masih dengan seragam sekolah yang dipakai oleh lelaki itu. Hanya saja atasannya kini sudah berganti dengan kaos hitam.
"Ada perlu apa?" tanya Cherelle memulai pembicaraan membuat Genzano mendongak menatap gadis itu. Jujur saja Cherelle tidak nyaman. Setelah kejadian tadi, ia merasa tidak ingin bertemu siapapun, termasuk Genzano.
Sedangkan Genzano menatap Cherelle yang juga masih mengenakan seragam sekolahnya dengan lengkap kecuali atribut seperti dasi dan ikat pinggang.
"Lo baru pulang?" tanya Genzano membuat gadis itu menggeleng. Cherelle mengambil posisi duduk berhadapan dengan lelaki itu yang dibatasi oleh meja kecil di antara keduanya.
"Baru bangun tidur," jawab gadis itu membuat Genzano mengangguk mengerti. Bisa dilihat dari mata gadis itu yang masih menyipit.
"Jadi? Apa yang buat lo jauh-jauh ke rumah gue?"
Genzano berdeham lalu menyandarkan tubuhnya. Melirik ke arah sekeliling ruang tamu ini yang sepi dan sunyi. Hanya ada mereka berdua di ruangan ini. Memang tadi Genzano juga memerintahkan paspampres yang mengikutinya untuk menunggu di luar saja bersama beberapa pekerja di rumah milik Safarez ini.
"Gue ditolak,"
Cherelle menegakkan tubuhnya. Menatap Genzano yang tidak menatapnya sama sekali. Lelaki itu justru menyandarkan tubuhnya dan menatap langit-langit ruangan penerima tamu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...