DUA PULUH: Sweet Punishment

204 22 8
                                    

HAII, selamat datang kembali! DOUBLE UPDATE LOHHH UNTUK HARI INII!!

Udah gak sabar kan baca cerita ini?

VOTE dulu dipersilakan!

Eits, komennya juga jangan lupa ya..

SELAMAT MEMBACAA OL<3

******

Zecapella berdiri tegak. Ia segera merapikan seragamnya meskipun itu adalah hal yang percuma. Baju seragamnya terlalu pendek, apalagi roknya. Dasi gadis itu entah kemana, apalagi ikat pinggang yang sepertinya sudah tidak pernah ia pakai sejak selesai masa orientasi. Zecapella harusnya sudah pasrah akan dihukum, namun gadis itu masih ingin berusaha.

Berusaha mengulur waktu sembari mencari cara untuk kabur atau mencari alasan yang sedikit lebih masuk akal dibanding alasannya kemarin, —hilang dipatok ayam pas di jalan ke sekolah.

Zecapella menatap ke barisan antrian di depannya. Ia masih tertahan di depan gerbang sekolahnya. Menghembuskan napasnya ketika melihat sisa sekitar tujuh orang yang antri di depannya sebelum ia akan bertemu dengan guru kesiswaan yang galak.

Sesaat ketika Zecapella akan melanjutkan langkahnya, tangannya ditarik keluar dari barisan membuat gadis itu terkejut dan terpaksa mengikuti langkah orang yang menariknya sedikit menjauhi gerbang.

Mata Zecapella membulat begitu mendapati Genzano berdiri di depannya sembari melirik ke arah sekitar. Untung saja tidak ada guru yang berjaga di luar gerbang dan posisi mereka tertutup pilar dari gerbang sekolah sehingga tidak akan ada guru yang melihat keberadaan mereka berdua, —kecuali beberapa murid yang masih di antrian mereka, menatap ke arah Genzano dan Zecapella dengan penuh rasa keingin tahuan.

Zecapella membulatkan mulutnya ketika Genzano dengan cepat melepas ikat pinggang dan dasinya. Lelaki itu menarik Zecapella mendekat dan dengan cepat memasangkan dasinya pada leher gadis itu. Genzano juga dengan cepat melingkarkan ikat pinggang di pinggang gadis itu membuat Zecapella mati-matian menahan rasa ingin menjeritnya.

Sialan, lemah sekali hatinya kalau sudah begini!

"Keuntungan buat gue karena gue anak presiden. Meskipun kakek lo berpengaruh di negeri ini, di sekolah ini nama belakang lo nggak ada istimewanya," ucap Genzano sembari mengeratkan ikat pinggang gadis itu.

Zecapella mengerjapkan matanya. Ia mendongak menatap Genzano yang menatapnya santai. Seakan tidak takut dan tidak memiliki rasa bersalah.

"Terus lo gimana?"

Genzano tersenyum tipis. "Gue nggak akan dihukum. Lo tenang aja,"

Zecapella menghembuskan napasnya. Kepalanya menoleh. Menatap antrian yang mulai menyusut karena bel masuk sudah berbunyi. Hari ini memang ada razia pakaian sebelum masuk ke area sekolah. Untung saja Cherelle memberi tahunya karena gadis itu merupakan anak OSIS.

"Besok-besok baju lo panjangin sedikit. Minimal bisa dimasukin ke dalam rok lo," keluh Genzano.

Zecapella menunduk. Menatap ujung bajunya yang bahkan tidak bisa masuk ke dalam roknya karena terlalu pendek.

Zecapella terkekeh. Matanya menatap celana Genzano yang dikecilkan.

"Bilang juga tuh sama celana lo. Jangan sampai besok-besok kaki lo nggak bisa masuk ke celana lo sendiri," ledek Zecapella lalu menarik Genzano menuju antrean.

Zecapella berjalan pelan. Dia tersenyum senang begitu ia lolos dari razia. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar nada marah dari guru kesiswaannya.

"Genzano! Mana atribut sekolah kamu?!"

Zecapella menghentikan langkahnya. Menoleh menatap Genzano yang hanya diam menunduk.

EVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang