ENAM: Melanggar Protokol

342 30 10
                                    

haii haii haii!

Siapa yang kangen EVERMORE?? udah siapp mau bacaa?

cuss langsung vote dan comment yaah<3

enjoyy!!

*****

Zecapella menopang dagunya menggunakan tangan kirinya. Berkali-kali ia menguap dan mendecak membuat Cherelle melirik. Menyenggol gadis itu agar tetap terjaga. Pelajaran kewarganegaraan mungkin menyenangkan bagi sebagian orang, namun horor bagi Zecapella. Gadis itu harus bertahan menahan kantuknya selama 80 menit hanya untuk mendengarkan gurunya mendongeng. Itu sungguh menyiksa baginya.

Sedangkan Cherelle, gadis cantik itu memfokuskan pandangannya pada gurunya yang bercerita meskipun Zecapella sanksi bahwa gadis itu benar-benar fokus memperhatikan.

Cherelle tipikal yang mampu memperlihatkan wajah fokus dan mengerti penjelasan guru padahal aslinya mentah. Gadis itu tidak mengerti apapun. Kadang hal itu membuat Zecapella tertawa sembari berkata pada gadis itu,

"Dasar munafik! Sok-sok an merhatiin padahal lo ngango juga,"

Selanjutnya hanya pukulan yang ia dapatkan dari sepupunya itu.

Kini, Zecapella sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya. Siapa yang tega membuat jadwal seperti ini? Mengapa pelajaran kewarganegaraan harus di letakkan di jam terakhir sebelum pulang sekolah? Sungguh menyiksa.

Dan begitu bel pulang sekolah berbunyi, Zecapella adalah murid pertama yang langsung berdiri tegak membuat semua pasang mata menatap ke arahnya, termasuk Cherelle dan gurunya.

"Menurut Undang-Undang perlindungan hak siswa, memotong jam istirahat dan jam pulang sekolah demi kegiatan belajar mengajar itu termasuk tindak kriminal, Pak,"

Guru kewarganegaraan itu mendengus menatap Zecapella sedangkan teman-temannya yang lain tertawa.

"Persingkat saja bilang kalau kamu mau pulang, Zecapella,"

Zecapella menyengir lalu mengangguk. "Betul Pak. Saya udah nggak sabar bobo siang kayak bayi,"

Guru kewarganegaraan itu menggeleng pelan lalu menyudahi kegiatan pembelajaran. Zecapella tersenyum senang lalu menoleh ke Cherelle yang juga menggelengkan kepalanya.

"Cewek gila," ledek Cherelle membuat Zecapella mengibas rambutnya yang pendek.

Zecapella lalu berjalan beriringan dengan Cherelle menuju gerbang sekolah mereka. Kalau Cherelle sedang tidak ada jadwal ballet, Zecapella pasti akan mengikut pulang bersama sepupunya itu menuju rumah reyangnya. Gadis itu akan pulang ke rumahnya sendiri semaunya saja. Kalau ia tidak ingin pulang, maka ia tidak akan pulang.

Langkah Zecapella memelan saat melihat Arbale berjalan sembari menatap ke arah sekitar. Lelaki itu menenteng satu tas ransel entah milik siapa karena di punggung lelaki itu sudah ada satu tas ransel miliknya sendiri. Aneh bagi Zecapella melihat Arbale yang berjalan seperti memastikan tidak ada yang melihat lelaki itu.

"Cher, lo pulang duluan aja deh. Gue ada perlu," ucap Zecapella menatap sepupunya.

Mata Cherelle menyipit. "Perlu apa?" tanyanya.

Zecapella menunjukkan barisan giginya. Gadis itu menyengir. "Tau lah ya kan," jawabnya sembari terkekeh.

Cherelle memutar bola matanya. "Mau tawuran lagi lo?"

"Ngaco!" heboh, Zecapella reflek memukul lengan sepupunya. "Ada kumpul aja sama Gerosea," lanjutnya membuat Cherelle mendengus.

"Bilang apa gue ke reyang?" tanya gadis itu malas.

EVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang