HAIII, selamat datang kembali!
MANA VOTE DAN COMMENTNYAAA???
selamat membaca, enjooooyyYyy<3
******
Zecapella menatap langit-langit kamarnya. Sore ini, ia langsung pulang menuju rumahnya sendiri. Sesuatu yang jarang sekali ia lakukan.
Rumahnya sepi. Hanya ada beberapa pelayan yang melakukan pekerjaan mereka.
Zecapella menarik napasnya. Otaknya mencoba berpikir. Namun yang terjadi malah bentrok. Omongan Arbale soal permasalahannya dengan orang tuanya dan omongan Genzano soal hubungan mereka berkecamuk saling mendahului. Membuat gadis itu malah semakin bingung.
Arbale tidak mungkin menaruh perasaan padanya kan?
Zecapella menggelengkan kepalanya. Mengingat cara lelaki itu bersikap padanya, sangat tidak mungkin! Setiap tuturan canda yang kasar, perhatian yang terkesan malas, pokoknya Zecapella tidak bisa membayangkan kalau lelaki itu beneran menaruh perasaan padanya. Sama sekali tidak bisa!
—dan apakah dia benar menyukai Genzano?
Zecapella menghembuskan napasnya. Selama ini, jujur saja Zecapella menaruh banyak rasa kagum pada lelaki itu. Bukan, bukan karena Genzano merupakan putra presiden. Zecapella bahkan tidak memikirkan hal itu. Namun, melihat Genzano, entah mengapa mengingatkannya pada beberapa sikap-sikap yang reyangnya lakukan. Setidaknya di masa tuanya.
Zecapella memejamkan matanya. Mencoba mengingat betapa senangnya dia beberapa hari ini, menghabiskan waktu bersama Genzano.
Gadis itu kembali membuka matanya. Justru ketika memejamkan matanya, tidak hanya wajah Genzano yang muncul. Melainkan, wajah Arbale juga muncul.
Hal itu membuat Zecapella mendengus. Ia tidak suka situasi ini! Arbale harus bersama Cherelle. Ia tidak mau Arbale menyakiti sepupunya, sahabatnya, dan orang yang paling mengertinya di dunia ini.
Ketukan kecil di pintu kamarnya membuat Zecapella menoleh.
"Masuk," pekiknya karena jarak ranjang dan pintu kamar yang lumayan jauh.
Begitu pintu dibuka, masuk salah satu pelayan yang memang khusus mengurus gadis itu dari kecil. Langkahnya mendekati Zecapella yang masih terbaring di ranjangnya.
"Non, bapak sudah pulang,"
Zecapella melirik lalu mengangguk. Membiarkan pelayannya itu keluar dari kamarnya setelah memberikan informasi yang membuat Zecapella menghembuskan napasnya.
Zecapella bangkit. Berjalan keluar dari kamarnya menuju lift yang bisa mengantarkannya ke lantai bawah.
Ia menghembuskan napasnya melihat Agrio yang sedang berjalan, baru memasuki rumah.
"Papa," panggil Zecapella membuat Agrio menoleh. Menatap putrinya.
"Kenapa Zee?" tanya Agrio sembari menghampiri putrinya.
"Papa baru pulang?" tanyanya sembari melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Pukul 8 malam.
"Iya, hari ini pulang cepat karena besok papa harus ke Sydney,"
Zecapella mengangguk mengerti. "Papa habis ini ada agenda?"
"Kenapa?" tanya Agrio membuat Zecapella menghela napasnya.
"Kita makan keluar yuk?" ajak Zecapella membuat Agrio mengerutkan keningnya.
"Tumben," ucap pria itu membuat Zecapella tersenyum.
"Zee coba telepon mama ya," ucapnya sembari mengeluarkan ponselnya.
Zecapella tersenyum saat Agrio melangkah mendekat ke arahnya. Mengusap puncak kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...