Hayooo mantap udah sampai di bab 3!
Minal aidin wal faidzin oll!! Lebaran-lebaran gini enaknyaa mam ketupat sambil bacaa EVERMORE yagasihhh???
Siapa yang masih semangat baca EVERMORE???
Vote dan commentnya yaaa kakaa maniezz...
Enjoyyyy<3
*****
Zecapella meringis. Ia mencoba merapikan penampilannya di kaca mobil milik Arbale meskipun itu merupakan hal yang percuma. Penampilan kacau Zecapella tidak akan berubah meskipun gadis itu berusaha semaksimal mungkin.
Rambut acak-acakan. Pipinya lebam. Tisu di hidung yang masih menahan aliran darah yang belum juga berhenti. Baju seragamnya yang tercabik di bagian bawah punggung. Serta, rok sisi kanan yang sobek meskipun sudah ia coba tutupi dengan jaket milik Genzano. Oh, jangan lupakan kakinya yang juga lecet dan berdarah akibat diseret oleh murid sialan itu.
"Nggak akan ada yang berubah. Lo bakal ketahuan," ucap Arbale pelan melirik sahabatnya.
Zecapella mendecak. "Itu dia. Serba salah gue. Mau pulang ke rumah, nanti nyokap gue tahu. Lebih parah lagi kalau bokap gue tahu. Mau pulang ke rumah Reyang juga lebih parah lagi kalau dia tahu. Apa gue pulang ke rumah lo aja ya?"
Arbale langsung menoyor gadis itu. "Ngaco," balasnya malas. Arbale meneliti penampilan Zecapella yang memang sangat kacau. Ia kemudian terkekeh.
"Lo persis kayak orang gila yang jadi gelandangan jalanan," ledeknya membuat Zecapella memukul punggung lelaki namun turut tertawa.
"Mumpung kita masih di depan rumah reyang lo nih. Mau turun di sini atau putar balik?" tanya Arbale membuat Zecapella menghembuskan napasnya.
Ia meyakini dirinya sendiri bahwa pulang ke rumah reyangnya lebih baik dibandingkan pulang ke rumahnya sendiri.
*****
"Zecapella Acacia Surendra!"
Zecapella meringis mendengar suara Agria yang memanggil nama lengkapnya. Setelah dipikir-pikir ia sangat bodoh memasuki rumah besar ini ketika jam makan malam berlangsung.
Ini namanya mencari mati!
Gadis itu menunduk. Tidak berani menatap seluruh pasang mata yang memandangnya dengan berbagai macam tatapan. Apalagi memandang ke arah kursi dimana Reyangnya duduk.
"Astaga Zee," ucap Cherelle sembari terkekeh. Ia tidak bisa tidak tertawa memandang sepupunya yang sangat kacau itu. "Baru tadi siang lo bilang lo nggak tawuran," lanjut Cherelle sembari mengedipkan satu matanya pada Zecapella membuat gadis itu mendelik kesal.
"Jaket siapa tuh?" tanya Graza, abang dari Cherelle.
Zecapella menunduk. Menatap jaket coklat yang melingkar di pinggangnya.
"Coba lepas jaketnya," ucap Agria memberi titah membuat Zecapella terpaksa melepas jaket coklat itu dengan pelan.
"Zecapella!" ucap Agria sembari mengelus dadanya. Seisi ruang makan itu dibuat terkejut melihat rok putri Agrio dan Havana yang sobek hingga setengah paha.
"Kenapa pulang ke sini?" tanya Fawwaz membuat Zecapella mendongak. Ia kemudian meringis saat matanya malah bertatapan dengan mata tajam milik Reyangnya.
"Apa yang mau dia bilang ke papa dan mamanya kalau dia pulang kayak gini?!" balas Agria dengan intonasi tinggi. Perempuan itu memijat keningnya. Pusing melihat tingkah laku keponakannya.
"Siapa?"
Semua dengan serempak menoleh pada Safarez. Safarez memandang serius pada Zecapella membuat gadis itu menelan ludahnya gugup.

KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...