HEY HEY HEY... selamat hari jumat!
Ayoo guyss ajak teman-teman kalian baca cerita ini juga! SHARE POKOKNYA POKOKNYAA!!
Tapi jangan lupa vote dan comment dulu yeakkss!!
selamat membacaa, enjoiii<3
******
Seminggu sudah berlalu. Hari-hari yang sangat berat bagi Zecapella namun bisa gadis itu lewati. Sudah cukup baginya berdiam diri seperti ini selama seminggu. Gadis dengan kelakuan yang tidak pernah bisa diam berkelahi dengan keadaan yang mengharuskannya terbaring selama seminggu.
Berpuluh kali gadis itu membujuk Havana agar dirinya dapat dipulangkan lebih cepat. Jujur saja, meskipun sebagian dirinya senang karena selama ia dirawat, kedua orang tuanya selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung dan menemaninya. Hal itu membuat hati Zecapella menghangat. Namun, tetap saja! Terbaring tidak melakukan kegiatan apapun selama seminggu benar-benar membuat Zecapella muak hingga akhirnya Havana menghembuskan napasnya dan mengangguk setuju. Melihat kondisi Zecapella yang hanya tinggal fokus menyembuhkan luka-luka dan menunggu kakinya pulih lagi.
Sore ini Zecapella sangat berbahagia. Ia menatap Havana yang sedang merapikan pakaian serta barang-barang milik Zecapella di rumah sakit sedangkan gadis itu duduk di ranjang rumah sakit menunggu perawat yang akan melepaskan infusnya. Havana tidak memiliki jadwal operasi seharusnya di sore hingga jam 9 malam nanti. Sehingga wanita itu bersikeras ia yang akan menemani dan mengantar Zecapella pulang, pulang ke rumah mereka.
"Kamar kamu sementara di bawah dulu sampai kaki kamu pulih. Mama sudah minta Bi Idah mempersiapkan kamarnya untuk kamu,"
Zecapella mengangguk menerima saja. Lagian memang kondisinya tidak memungkinkan untuk naik ke kamarnya meskipun di rumahnya terdapat lift. Ke toilet saja, kakinya sudah meronta kesakitan, apalagi harus berjalan jauh menjangkau ke kamarnya sendiri.
"Papa nggak bisa ikut jemput Zee juga?" tanya Zecapella.
Havana melirik gadis itu lalu menghela napasnya. "Mama nggak tahu. Papa bilang ada rapat dengan komisaris jam 5 nanti,"
Zecapella menghembuskan napasnya lalu mengangguk. Ia menatap punggung Havana dari belakang. Wanita yang selalu berusaha kuat menyembuhkan semua orang tanpa memikirkan lukanya sendiri.
"Mama tahu kan kalau Zee sayang banget sama mama?"
"Eh?" Havana langsung membalik badannya. Kening wanita itu berkerut menatap Zecapella yang juga menatapnya dengan senyuman tipis.
"Walaupun mama sibuk dan nggak punya waktu untuk Zee, tapi Zee selalu sayang sama mama,"
Havana menghembuskan napasnya. Berjalan mendekat ke ranjang Zecapella. Wanita itu mengusap rambut Zecapella.
Sesibuk apa dirinya sampai tidak menyadari kalau putrinya sudah tumbuh dewasa dan semakin cantik?
"Zee bahagia?"
Dua kata yang ditanyakan oleh Havana membuat Zecapella langsung berkaca-kaca. Gadis itu menatap Havana yang menatapnya dengan lembut.
"Kenapa mama tanya itu?"
"Mama dan papa—kami sebagai orang tua selalu mengupayakan yang terbaik buat kamu dan supaya kamu bahagia. Meskipun kadang cara kami salah, atau malah buat kamu semakin sedih, tapi Zee harus tahu kalau kami juga selalu sayang sama kamu,"
Zecapella mengangguk. "Zee tahu," ucapnya parau. Gadis itu menunduk. Mungkin hanya waktu yang tidak Zecapella miliki dari orang tuanya. Tetapi gadis itu tidak pernah dan tidak seharusnya merasakan kekurangan kasih sayang. Sebab, Zecapella tahu bahwa kedua orang tuanya memang sesayang itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...