Halooooo...
Welkam welkambekkk! lama yah kita tidak berjumpa
SIAPAAA YANGGGGG NUNGGUIINNN EVERMORE UPDATE?
VOTE DULUUU TANGGUNG JAWABB!
Selamat membacaaa<3
******
Zecapella mengerjapkan matanya. Ia menatap Arbale yang kini berdiri di hadapannya. Menghadang jalan Zecapella menuju kelasnya. Lama keduanya diam hingga akhirnya gadis itu berdeham. Memecah keheningan antara keduanya yang hanya saling tatap.
"Apa?" tanya Zecapella. Gadis itu menatap sahabatnya. Satu-satunya lelaki yang selalu ada untuk Zecapella di setiap keadaan gadis itu. Arbale selalu menyaksikan jatuh bangunnya. Selalu ada di sisinya untuk meyakinkan kalau Zecapella baik-baik saja.
Seharusnya mudah bagi Zecapella untuk jatuh cinta pada sahabatnya ini. Arbale tipe lelaki yang humoris, menyenangkan, memiliki perhatian yang tinggi, dan tentunya tampan. Lalu, apalagi yang Zecapella harus cari dari orang lain yang tidak dimiliki oleh Arbale?
Jawabannya hanya satu, bahwa hati tidak bisa dipaksa. Zecapella pernah bertanya pada dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya dirinya mau dari seorang lelaki, dan jawabannya sudah sangat terpenuhi oleh kehadiran Arbale. Namun, apabila hanya otaknya yang menjawab, tidak dengan hatinya, Zecapella bisa apa?
"Lo boleh nolak perasaan gue, tapi lo nggak boleh nolak keberadaan gue,"
Zecapella mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"
Arbale menghembuskan napasnya. Jujur saja, sangat mengganggu bagi Zecapella ketika melihat lelaki itu tampak berantakan dan tidak terurus seperti ini. Arbale memang bukan tipikal lelaki yang rapi dalam berpakaian dan berpenampilan, tapi tidak pernah seberantakan ini. Pandangan mata lelaki itu kosong. Sangat terasa oleh Zecapella bahwa lelaki itu merasa kosong.
"Lo boleh bilang nggak suka sama gue, Zee. Lo juga boleh nolak gue untuk jadi pacar lo. Tapi jangan jauhin gue. Gimanapun juga lo sama gue sahabatan kan?"
Zecapella diam. Menatap mata lelaki itu. Sesungguhnya ingin langsung gadis itu jawab dengan anggukan cepat. Namun, ternyata Zecapella lebih pemikir dari yang gadis itu kira.
Kalau tetap jadi sahabat lo dan dekat sama lo, gue ngelukain Chery lagi.
"Zee?" panggil Arbale ketika tidak mendapat respon dari gadis itu. Hal itu membuat Zecapella mengerjapkan matanya. Kembali memfokuskan dirinya pada mata hitam tajam milik Arbale.
"Nggak bisa," jawab Zecapella singkat membuat Arbale terdiam. Lelaki itu menatap Zecapella.
"Kenapa nggak bisa?"
"Gue nggak mau kasih lo harapan. Bale, berapa kali gue harus bilang sama lo? Gue nggak suka sama lo, nggak akan suka sama lo. Jangan paksa gue buat selalu ada di sisi lo dan nyakitin lo lebih dari ini,"
Arbale mengangguk. "Ya, kata-kata lo barusan nyakitin gue. Tapi, kenapa kita nggak bisa reset semuanya lagi? Balik ke lo dan gue sebagai sahabat. Lo nggak perlu ingat dan pikirin perasaan gue. Perasaan gue biar jadi urusan gue dan diri gue sendiri,"
"Gue nggak mau nanggung beban moril ini. Gue udah tahu perasaan lo, dan itu bikin gue nggak nyaman untuk ada di dekat lo lagi,"
Arbale terdiam. Serius kah gadis yang sedang ditatapnya ini adalah Zecapella? Gadis yang sama dengan gadis yang selalu mengganggunya, menjahilinya, dan tidak bisa jauh darinya? Arbale tidak ingin cepat menyimpulkan, tetapi Zecapella kini terasa berbeda.
"Bale, dengar. Lo yang ngebuat hubungan persahabatan kita kayak gini. Lo-dan perasaan lo yang menghancurkan kita. Udah cukup lo buat gue ngerasa nggak nyaman karena lo ngakuin perasaan lo itu. Jangan buat gue semakin nggak nyaman karena harus ada di sekitar lo lagi dan ngelukain lo lebih parah dari ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...