HAII HAII HAII
yaampun baru kemarin bilang mentok sekarang aku udah nyiapin beberapa draft tinggal post..
karena aku nepatin janji aku untuk cepat update, kalian juga harus nepatin janji untuk selalu vote dan comment cerita aku yaah!!
siapa yang ga sabar sama endingnyaa??
selamat membaca, enjoooy!
*****
Zecapella dengan lesu berjalan ke arah gerbang sekolah. Ia membalikkan badannya dan menatap area sekolahannya dengan lesu. Padahal hanya sebulan, tetapi Zecapella merasa sangat sedih.
Begitu matanya menangkap satu sosok lelaki yang kini berjalan ke arahnya dengan gaya langkah kaki yang begitu khas, Zecapella tahu, salah satu sumber kesedihannya adalah lelaki itu.
"Lesu banget muka lo. Belum makan?"
Zecapella menatap sahabatnya, Arbale yang melihatnya dengan tatapan jahil. Wajah Arbale tidak jauh berbeda dengannya, terdapat banyak memar di wajah lelaki itu. Tidak sebanyak Zecapella memang, sebab pastinya Arbale lebih pandai menangkis pukulan-pukulan yang lelaki itu terima.
"Haduh. Muka lesu, lebam dimana-mana, ditanya juga nggak jawab. Kenapa sih lo? Mendadak bisu?"
Zecapella melirik sebal ke arah lelaki itu lalu menggeleng. Melarikan tangannya ke arah pundak lelaki itu.
"Gue tahu lo kangen sama gue," jawab Zecapella yang sama sekali tidak nyambung.
"Wah beneran sakit ini anak," ucap Arbale sembari meletakkan punggung tangannya di kening Zecapella. Zecapella dengan cepat menurunkan tangan lelaki itu dari keningnya.
"Luka lo nggak diobatin?" tanya Zecapella setelah menyadari, meskipun memar di wajah lelaki itu lebih sedikit daripada miliknya, namun luka-luka itu nampak seperti belum diobati sama sekali.
"Udah. Sama Cherelle kemarin,"
Kening Zecapella berkerut. "Kok diobatinnya sama Chery?"
Arbale melirik. "Kenapa emangnya?" tanyanya balik.
"Pacar lo kan bukan Chery," jawab Zecapella dengan santai.
Terlalu santai hingga Arbale sama sekali tidak mendengar nada cemburu sedikitpun dari gadis itu. Hal itu membuat Arbale menghela napasnya.
"Kemarin gue ke rumah reyang lo. Gue kira lo ada di sana. Mau ngecek keadaan lo. Tapi ternyata kata Cherelle lo pulang ke rumah lo. Ya udah, dia dengan baik hati mau ngobatin gue. Masa gue tolak?" jelas Arbale membuat Zecapella mengangguk mengerti.
"Ikut gue yuk!" ajak Zecapella membuat Arbale menaikkan sebelah alisnya.
"Kemana?"
Zecapella tersenyum tipis. "Quality time! Lo udah lama kan nggak pernah quality time sama gue?"
Arbale terdiam. Ajakan yang sangat menggiurkan.
"Serius?" tanya Arbale memastikan.
Zecapella memutar bola matanya. Gadis itu kemudian mendorong punggung Arbale untuk berjalan menuju parkiran motor. Gadis itu mendecak.
"Jangan pelit! Gue tahu lo khawatir gue morotin uang lo kan?"
******
"Kekhawatiran gue beneran kejadian ternyata. Zee, lo yakin mau nambah? Lo udah mau piring ketiga nih," protes Arbale.
Keduanya kini berada di salah satu kedai masakan italia kesukaan Zecapella. Gadis itu sendiri sudah menghabiskan satu piring spaghetti carbonara dan satu piring lobster mac and cheese. Kedai ini memang bukan kedai yang ramah di kantong. Meskipun menraktir Zecapella makan di sini sama sekali tidak akan membuat Arbale bangkrut. Namun yang benar saja! Masa Zecapella akan menambah satu loyang pizza dengan topping full keju?
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenapa? Kenapa gue harus ikut berkorban cuma karena rasa nggak enak lo sama sepupu lo?" Zecapella mengerjapkan matanya. Menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya. "Nggak ada urusannya. Hidup lo ya hidup lo. B...